Baghdad (ANTARA News/AFP) - Tiga ledakan bom di dekat masjid di Baghdad pusat dan utara pada Kamis menewaskan dua orang, sementara orang-orang bersenjata membunuh seorang pemilik toko permata, kata seorang pejabat kementerian dalam negeri.

Kekerasan itu terjadi beberapa jam setelah Wakil Presiden AS Joe Biden tiba di ibukota Irak itu untuk bertemu dengan Perdana Menteri Nuri al-Maliki dan para pejabat tinggi lain Irak.

Satu bom meledak di dekat masjid Syiah Husseiniya di daerah Karrada, Baghdad pusat, menewaskan satu orang dan mencederai empat lain, kata pejabat itu.

Sebuah bom lain meledak di dekat masjid Sunni Abdel Qadir Gilani, yang juga berada di pusat kota Baghdad, menewaskan satu orang dan melukai lima lain.

Bom ketiga meledak di dekat Al-Assaf, sebuah masjid Sunni di Adhamiyah di daerah utara Baghdad, mengakibatkan empat orang terluka.

Dalam insiden lain, orang-orang bersenjata menembak mati pemilik sebuah toko permata di daerah Al-Alam di Baghdad barat dalam serangan malam hari yang juga mencederai istri pemilik toko tersebut, kata pejabat itu.

Serangan-serangan itu merupakan yang terakhir dari rangkaian kekerasan yang meningkat lagi di Irak dan terjadi beberapa bulan setelah penarikan pasukan AS.

Ratusan orang tewas dalam gelombang kekerasan terakhir di Irak, termasuk sejumlah besar polisi Irak, namun AS tetap melanjutkan penarikan pasukan dari negara itu.

Meski kekerasan tidak seperti pada 2006-2007 ketika konflik sektarian berkobar mengiringi kekerasan anti-AS, sekitar 300 orang tewas setiap bulan pada 2010, dan Juli merupakan tahun paling mematikan sejak Mei 2008.

Militer AS menyelesaikan penarikan pasukan secara besar-besaran pada akhir Agustus, yang diumumkannya sebagai akhir dari misi tempur di Irak, dan setelah penarikan itu jumlah prajurit AS di Irak menjadi sekitar 50.000.

Penarikan brigade tempur terakhir AS dipuji sebagai momen simbolis bagi keberadaan kontroversial AS di Irak, lebih dari tujuh tahun setelah invasi untuk mendongkel Saddam.

Namun, pasukan AS terus melakukan operasi gabungan dengan pasukan Irak dan gerilyawan Kurdi Peshmerga di provinsi-provinsi Diyala, Nineveh dan Kirkuk dengan pengaturan keamanan bersama di luar misi reguler militer AS di Irak.

Para pejabat AS dan Irak telah memperingatkan bahaya peningkatan serangan ketika negosiasi mengenai pembentukan pemerintah baru Irak tersendat-sendat, beberapa bulan setelah pemilihan umum parlemen di negara itu.

Jumlah warga sipil yang tewas dalam pemboman dan kekerasan lain pada Juli naik menjadi 396 dari 204 pada bulan sebelumnya, menurut data pemerintah Irak.

Sebanyak 284 orang -- 204 warga sipil, 50 polisi dan 30 prajurit -- tewas pada Juni, kata kementerian-kementerian kesehatan, pertahanan dan dalam negeri di Baghdad kepada AFP.

Menurut data pemerintah, 337 orang tewas dalam kekerasan pada Mei.

Rangkaian serangan dan pemboman sejak pasukan AS ditarik dari kota-kota di Irak pada akhir Juni 2009 telah menimbulkan pertanyaan mengenai kemampuan pasukan keamanan Irak untuk melindungi penduduk dari serangan-serangan gerilya seperti kelompok militan Sunni Al-Qaeda.

Gerilyawan yang terkait dengan Al-Qaeda kini tampaknya menantang prajurit dan polisi Irak ketika AS mengurangi jumlah pasukan menjadi 50.000 prajurit pada 1 September 2010, dari sekitar 170.000 pada puncaknya tiga tahun lalu. (M014/K004)

Editor: Kunto Wibisono
COPYRIGHT © ANTARA 2011