"Kami berharap adanya PON XX di Papua, wisatawan dan pengunjung dari berbagai daerah ikut membeli dan mencicipi buah khas Papua ini," kata Jek Opide (42), salah seorang pedagang buah di tepi Jalan Soa Siu, saat ditemui di Jayapura, Kamis.
Dia mengatakan jual-beli buah matoa saat ini belum begitu banyak diminati oleh masyarakat lokal. Sebab, buah dengan nama latin pometia pinnata tersebut baru sepekan terakhir mulai musim.
Dalam seminggu terakhir, Jek bisa menjual rata-rata 10-15 kilogram buah matoa. Per kilogram, buah itu dihargai Rp50 ribu hingga Rp100 ribu tergantung kualitas buah yang dijual.
"Yang paling mahal itu matoa kelapa, satu kilogramnya bisa Rp100 ribu," katanya.
Baca juga: Pemkab Merauke libatkan 140 UMKM OAP semarakkan PON Papua
Dalam setahun, buah yang termasuk ordo sapindales tersebut hanya bisa dipanen satu kali oleh para petani. Oleh karena itu, petani matoa betul-betul memanfaatkannya dengan baik setiap musim panen tiba.
"Panennya cuman satu kali setahun. Belum lagi, saat berbuah ada serangan hama burung dan kelalawar. Itu sangat mengurangi penghasilan," ujarnya.
Bukan hanya di Kelurahan Mandala, para pedagang buah matoa juga banyak ditemukan di sekitar kawasan Bandara Internasional Sentani, Jayapura, Provinsi Papua.
Masyarakat setempat memanfaatkan momentum pesta olahraga empat tahunan tersebut dengan menjual buah khas Bumi Cenderawasih kepada kontingen dan ofisial yang datang dari luar Provinsi Papua.
Tidak jauh berbeda dengan Jek Opide, pedagang buah matoa di kawasan Bandara Internasional Sentani juga menjual buah yang sekilas menyerupai kelengkeng tersebut dengan harga kisaran Rp50 ribu hingga Rp100 ribu.
Baca juga: Beragam suvenir kekinian PON Papua mulai dijual di pasar daring
Pewarta: Muhammad Zulfikar
Editor: Imam Santoso
Copyright © ANTARA 2021