Gorontalo, 20/1 (ANTARA) - Lagu dengan judul `Andai Aku Gayus` ciptaan musisi Gorontalo Bona Paputungan, yang menarik perhatian masyarakat seantero Nusantara, perlu ditempatkan sebagai karya seni, tanpa ada embel-embel politik di dalamnya.

Hal tersebut disampaikan oleh pengamat media dan kebudayaan di Gorontalo, Verrianto Madjowa, Kamis.

" Kita tidak perlu terlalu berprasangka terhadap karya seni, karena karya seni diciptakan untuk dinikmati," Ujar Jurnalis senior Gorontalo itu.

Terkait dengan sejumlah penilaian yang menganggap bahwa di balik lagu `Andai Aku Gayus` itu, ada politisi atau unsur politis yang mendompleng, menurutnya hal ini terlalu berlebihan.

" Kita harus bisa menilainya secara proporsional, itu adalah karya seni, meski lagu itu diproduseri oleh tim sukses seorang politisi," kata dia.

Yang paling penting dalam sebuah karya seni, adalah kandungan nilai dan pesan di dalamnya, dengan demikianlah karya seni bisa dinikmati dan mendatangkan manfaat bagi masyarakat.

Penilaian tentang adanya politisi yang ikut mendompleng popularitas lagu ?Andai Aku Gayus? sebelumnya dipersoalkan dalam sebuah jejaring Mailing list (Milis) khusus masyarakat Gorontalo, yang bernama `gorontalomaju2020`.

Hal ini juga telah diklarifikasi oleh Elnino M.Hussein Mohi, anggota Dewan Perwakilan Daerah (DPD) RI utusan Gorontalo, terkait dengan tim suksesnya yang menjadi produser lagu berlirik jenaka dan satir itu.

Menurutnya, Bona Paputungan tidak lain merupakan anggota tim sukses dirinya pada saat kampanye pemilu legislatif 2009 yang lalu, hanya saja, Bona kebetulan musisi dan memiliki karya, dan karena itu pihaknya memberi dukungan. (KR-SHS/B/MO31) 20-1-2011 15:45



(T.KR-SHS/B/M031/M031) 20-01-2011 14:48:32

Editor: Ruslan Burhani
COPYRIGHT © ANTARA 2011