Baghdad (ANTARA News/Reuters) - Sedikitnya 48 orang tewas dalam serangan-serangan bom yang ditujukan pada peziarah Syiah dan polisi, Kamis, hari ketiga kekerasan mematikan di Irak.

Sebagian besar dari mereka yang tewas adalah peziarah yang berdatangan ke tempat suci Syiah di Kerbala menjelang puncak acara keagamaan yang biasanya diserang oleh gerilyawan Sunni Al-Qaeda.

Dua bom mobil menewaskan 45 orang dekat Karbala, 80 kilometer sebelah selatan Baghdad, di jalan berbeda yang menuju kota itu, kata Mohammed al-Moussawi, kepala dewan provinsi Kerbala.

Sekitar 150 orang cedera dalam dua ledakan di daerah pinggiran kota itu di luar pos-pos keamanan yang didirikan untuk melindungi peziarah yang berjalan selama berhari-hari dari sejumlah kota di Irak dan datang dari negara tetangga, katanya.

Seorang pejabat dari Kementerian Kesehatan di Baghdad menyebut jumlah kematian 50 dan 203 orang cedera, sementara sumber-sumber kementerian dalam negeri dan kepolisian menyatakan mendengar kabar bahwa penyerang bunuh diri yang memakai rompi peledak terlibat dalam pemboman itu.

Sebelumnya, seorang penyerang bom bunuh diri menabrakkan mobilnya ke sebuah kantor polisi di provinsi bergolak Diyala, menewaskan sedikitnya tiga orang dan melukai sekitar 30, yang terakhir dari serangkaian serangan terhadap pasukan keamanan sejak Selasa.

Sekitar 65 orang tewas dalam serangan terhadap polisi, termasuk 49 calon polisi yang mengantre untuk mendapat pekerjaan itu di Tikrit, kota asal mantan Presiden Irak Saddam Hussein yang telah dieksekusi.

Serangan-serangan itu merupakan yang terakhir dari rangkaian kekerasan yang meningkat lagi di Irak dan terjadi beberapa bulan setelah penarikan pasukan AS.

Ratusan orang tewas dalam gelombang kekerasan terakhir di Irak, termasuk sejumlah besar polisi Irak, namun AS tetap melanjutkan penarikan pasukan dari negara itu.

Meski kekerasan tidak seperti pada 2006-2007 ketika konflik sektarian berkobar mengiringi kekerasan anti-AS, sekitar 300 orang tewas setiap bulan pada 2010, dan Juli merupakan tahun paling mematikan sejak Mei 2008.

Militer AS menyelesaikan penarikan pasukan secara besar-besaran pada akhir Agustus, yang diumumkannya sebagai akhir dari misi tempur di Irak, dan setelah penarikan itu jumlah prajurit AS di Irak menjadi sekitar 50.000.

Penarikan brigade tempur terakhir AS dipuji sebagai momen simbolis bagi keberadaan kontroversial AS di Irak, lebih dari tujuh tahun setelah invasi untuk mendongkel Saddam.

Namun, pasukan AS terus melakukan operasi gabungan dengan pasukan Irak dan gerilyawan Kurdi Peshmerga di provinsi-provinsi Diyala, Nineveh dan Kirkuk dengan pengaturan keamanan bersama di luar misi reguler militer AS di Irak.

Para pejabat AS dan Irak telah memperingatkan bahaya peningkatan serangan ketika negosiasi mengenai pembentukan pemerintah baru Irak tersendat-sendat, beberapa bulan setelah pemilihan umum parlemen di negara itu.

Jumlah warga sipil yang tewas dalam pemboman dan kekerasan lain pada Juli naik menjadi 396 dari 204 pada bulan sebelumnya, menurut data pemerintah Irak.

Sebanyak 284 orang -- 204 warga sipil, 50 polisi dan 30 prajurit -- tewas pada Juni, kata kementerian-kementerian kesehatan, pertahanan dan dalam negeri di Baghdad kepada AFP.

Menurut data pemerintah, 337 orang tewas dalam kekerasan pada Mei.

Rangkaian serangan dan pemboman sejak pasukan AS ditarik dari kota-kota di Irak pada akhir Juni 2009 telah menimbulkan pertanyaan mengenai kemampuan pasukan keamanan Irak untuk melindungi penduduk dari serangan-serangan gerilya seperti kelompok militan Sunni Al-Qaeda.

Gerilyawan yang terkait dengan Al-Qaeda kini tampaknya menantang prajurit dan polisi Irak ketika AS mengurangi jumlah pasukan menjadi 50.000 prajurit pada 1 September 2010, dari sekitar 170.000 pada puncaknya tiga tahun lalu. (M014/K004)

Editor: Heru Purwanto
COPYRIGHT © ANTARA 2011