"Sa berharap kemeriahan olahraga terus ada di Papua. Jangan beres PON terus jadi sepi lagi," ujar seorang warga Jayapura, Agustina Fairyo, saat ditemui ketika menyaksikan pertandingan sepatu roda di Jembatan Merah Youfena, Jumat.
Saat pertandingan sepatu roda, warga di sekitar Jembatan Merah berbondong-bondong memenuhi jalanan. Tak sedikit dari mereka yang bahkan menunggu sejak pagi hingga sore hari.
Baca juga: Sehari jelang pembukaan PON Papua, 24 medali emas diperebutkan
Bagi Agustina, pertandingan sepatu roda merupakan hal yang baru bagi sebagian besar warga Jayapura. Rasa penasaran serta keinginan kuat dalam mendukung kontingen daerahnya menjadi alasan kuat mereka rela berpanas-panasan di sekitar arena.
Ia juga berharap agar pemerintah daerah setempat bisa menyelenggarakan perlombaan baik skala lokal maupun nasional selepas penyelenggaraan PON agar semangat olahraga terus berkibar di Bumi Cendrawasih.
"Semoga nanti ada lagi yang seperti ini, seperti sepatu roda di Youfena dan dayung. Lokasinya yang mudah dilihat, jadi kita bisa menonton. Kalau di Buper (Bumi Perkemahaan Waena) itu jauh sekali," kata dia.
Senada dengan Agustina, warga Biak yang tinggal di Kota Jayapura, Fanathy, berharap ke depannya Pemerintah Provinsi Jayapura maupun Pemda setempat melakukan pembinaan atlet-atlet muda Papua.
Baca juga: Warga antusias tonton semifinal futsal Papua vs Jatim via videotron
Di tengah rasa bahagia atas pelaksanaan PON, terselip kisah pilu yang menyelimutinya. Ia mencontohkan tak ada warga asli Papua yang bertanding di cabang sepatu roda.
Padahal yang membuat masyarakat memiliki kebanggaan berlebih yakni saat putra dan putri daerah sendiri bertanding dan membela tanah kelahirannya.
"Itu yang kami harapkan, ada orang asli Papua yang berada di cabang olahraga sepatu roda. Kita lihat semua (cabang olahraga) kita nonton, kita nonton pasti ada orang Papua. Tapi khusus untuk olahraga ini (sepatu roda) setidaknya ada khusus orang Papua," katanya.
Baca juga: Kapolda jamin keamanan upacara pembukaan PON Papua
Pewarta: Asep Firmansyah
Editor: Teguh Handoko
Copyright © ANTARA 2021