Martapura (ANTARA News) - Sebuah madrasah ibtidaiyah swasta di Kabupaten Banjar Kalimantan Selatan terpakas ditutup akibat para orangtua murid tidak mampu membayar biaya sekolah karena hasil pertanian di wilayah mereka anjlok.

Ketua Majelis Madrasah sekolah ber nama Hidayatus Sibyan itu, Darmili, mengatakan, proses belajar mengajar di madrasah di Desa Limamar, Kecamatan Astambul itu sudah tidak menentu sejak sebulan terakhir.

"Aktivitas belajar mengajar di madrasah itu sudah tidak menentu sejak pertengahan Desember 2010 karena murid maupun guru-gurunya tidak lagi terlihat menjalani proses belajar mengajar," paparnya.

Dia mengungkapkan, proses belajar mengajar di sekolah itu berhenti karena orangtua murid tidak mampu memenuhi biaya operasional sekolah untuk membayar gaji atau insentif tenaga pengajar.

Jumlah tenaga pengajar di madrasah yang terdiri dari enam ruang dengan konstruksi bangunan cukup kokoh itu ada enam guru ditambah kepala sekolah, sedangkan jumlah murid mencapai 130 orang.

Dia menjelaskan, pembayaran biaya operasional sekolah tidak menggunakan uang tunai tetapi dibayar dari hasil panen berupa gabah yang dikumpulkan orangtua murid.

Gabah yang diserahkan sebanyak 3 blek (kaleng berukuran sedang) yang isinya setara 20 liter beras dan diserahkan satu tahun sekali atau sesuai masa panen yang diperoleh petani setempat.

Gabah hasil panen yang diserahkan orangtua murid itu kemudian dijual dan uangnya dibagikan kepada seluruh tenaga pendidik di sekolah tingkat dasar yang berdiri sejak puluhan tahun tersebut.

"Mayoritas orangtua murid sebagai petani sehingga pembayaran biaya sekolah dilakukan dengan menyerahkan gabah yang kemudian dijual dan uangnya dibagikan kepada guru maupun tenaga lainnya di sekolah itu," ujarnya.

Dia mengatakan, sebagian murid terutama yang orangtuanya masih mampu secara ekonomi, pindah ke sekolah lain di sekitar desa itu, tetapi bagi yang tidak mampu terpaksa berhenti sekolah.

"Kami sudah menyampaikan permasalahan ini kepada aparatur desa dan kabarnya sudah ada pertemuan membahas masalahnya tetapi hasil kongkritnya belum kami ketahui," ujarnya.

Sementara itu Camat Astambul Syamsul Ariffin Sutta mengaku belum menerima laporan terhentinya aktivitas belajar mengajar di sekolah itu baik dari ekolah maupun aparatur desa.

"Jika ada laporan kami siap menindaklanjuti dengan mengkoordinasi dinas maupun instansi terkait seperti Kemenag Kabupaten maupun Dinas Pendidikan," katanya.(*)

Editor: Jafar M Sidik
COPYRIGHT © ANTARA 2011