Baghdad (ANTARA News/AFP) - Bom-bom mobil dan ledakan lain menewaskan delapan orang, termasuk seorang polisi dan dua remaja laki-laki, di dan sekitar Baghdad, Minggu, kata sejumlah pejabat.

Enam ledakan, antara pukul 07.00 (pukul 11.00 WIB) dan sekitar pukul 10.30, terjadi setelah serangkaian ledakan dalam sepekan ini menewaskan sedikitnya 116 orang dalam kurun waktu tiga hari, yang mematahkan masa relatif tenang setelah Perdana Menteri Nuri al-Maliki membentuk pemerintah baru sebulan lalu.

Satu bom mobil yang ditujukan pada patroli polisi di daerah Al-Alam di Baghdad baratdaya menewaskan dua orang, satu diantaranya polisi, dan melukai delapan lain, termasuk empat polisi, kata seorang pejabat.

Sebuah kendaraan yang dipasangi bom meledak di jalan Abu Nawas di tepi sungai Tigris yang melewati ibukota Irak tersebut, menewaskan satu orang dan mencederai enam lain.

Di daerah Kadhimiyah di Baghdad utara yang berpenduduk sebagian besar Syiah, bom mobil menyerang sebuah bis yang membawa peziarah Iran, menurut pejabat kementerian dalam negeri. Ledakan pukul 10.00 itu menewaskan satu peziarah dan melukai delapan orang.

Para peziarah itu berada di Irak untuk memperingati Arbaeen, yang menandai 40 hari sejak peringatan kematian Imam Hussein, seorang ulama yang dikeramatkan oleh muslim Syiah.

Dalam serangan bom mobil lain, empat orang cedera, termasuk seorang polisi, di distrik komersial Karrada di pusat kota Baghdad.

Di sebuah jalan utama di kota Taji, 25 kilometer sebelah utara Baghdad, dua orang tewas dan empat lain cedera dalam ledakan bom mobil.

Juga di daerah sebelah utara Baghdad, dua remaja laki-laki tewas ketika bom pinggir jalan yang ditujukan pada milisi Sunni anti-Al-Qaeda meledak di kota Tarmiyah, kata Letnan Satu Polisi Nashat Sarhan.

Serangan-serangan itu merupakan yang terakhir dari rangkaian kekerasan yang meningkat lagi di Irak dan terjadi beberapa bulan setelah penarikan pasukan AS.

Ratusan orang tewas dalam gelombang kekerasan terakhir di Irak, termasuk sejumlah besar polisi Irak, namun AS tetap melanjutkan penarikan pasukan dari negara itu.

Meski kekerasan tidak seperti pada 2006-2007 ketika konflik sektarian berkobar mengiringi kekerasan anti-AS, sekitar 300 orang tewas setiap bulan pada 2010, dan Juli merupakan tahun paling mematikan sejak Mei 2008.

Militer AS menyelesaikan penarikan pasukan secara besar-besaran pada akhir Agustus, yang diumumkannya sebagai akhir dari misi tempur di Irak, dan setelah penarikan itu jumlah prajurit AS di Irak menjadi sekitar 50.000.

Penarikan brigade tempur terakhir AS dipuji sebagai momen simbolis bagi keberadaan kontroversial AS di Irak, lebih dari tujuh tahun setelah invasi untuk mendongkel Saddam.

Namun, pasukan AS terus melakukan operasi gabungan dengan pasukan Irak dan gerilyawan Kurdi Peshmerga di provinsi-provinsi Diyala, Nineveh dan Kirkuk dengan pengaturan keamanan bersama di luar misi reguler militer AS di Irak.

Para pejabat AS dan Irak telah memperingatkan bahaya peningkatan serangan ketika negosiasi mengenai pembentukan pemerintah baru Irak tersendat-sendat, beberapa bulan setelah pemilihan umum parlemen di negara itu.

Jumlah warga sipil yang tewas dalam pemboman dan kekerasan lain pada Juli naik menjadi 396 dari 204 pada bulan sebelumnya, menurut data pemerintah Irak.

Sebanyak 284 orang -- 204 warga sipil, 50 polisi dan 30 prajurit -- tewas pada Juni, kata kementerian-kementerian kesehatan, pertahanan dan dalam negeri di Baghdad kepada AFP.

Menurut data pemerintah, 337 orang tewas dalam kekerasan pada Mei.

Rangkaian serangan dan pemboman sejak pasukan AS ditarik dari kota-kota di Irak pada akhir Juni 2009 telah menimbulkan pertanyaan mengenai kemampuan pasukan keamanan Irak untuk melindungi penduduk dari serangan-serangan gerilya seperti kelompok militan Sunni Al-Qaeda.

Gerilyawan yang terkait dengan Al-Qaeda kini tampaknya menantang prajurit dan polisi Irak ketika AS mengurangi jumlah pasukan menjadi 50.000 prajurit pada 1 September 2010, dari sekitar 170.000 pada puncaknya tiga tahun lalu. (M014/K004)

Editor: Kunto Wibisono
COPYRIGHT © ANTARA 2011