Kekalahan ini sekaligus memupus ambisi Devan Febra untuk menyabet medali emas pertama bagi tim muaythai Kaltim dari kelas 73 kg putra, setelah enam rekannya hanya bisa meraih medali perunggu.
"Devan tampil tidak seperti biasanya, padahal lawannya ini sudah dua kali pernah dikalahkan saat kejurnas dan pra-PON tahun kemarin," kata Ketua Harian Pengprov Muaythai Kaltim Budi Irawan usai pertandingan.
Menurut Budi, penampilan kurang greget Devan tidak lepas dari faktor kelelahan sang atlet, karena jadwal pertandingan yang molor hingga larut malam.
"Kami mendapatkan informasi awal laga final akan dimulai pukul 12.00 WIT, namun kemudian diundur hingga pukul 14.00 WIT. Padahal ada 18 nomor pertandingan final yang harus dilaksanakan," jelasnya.
Laga final kelas 73 kg putra baru dipertandingkan pukul 21.30 WIT, padahal satu jam sebelumnya Devan dan lawannya asal Jateng telah mendapatkan panggilan untuk bersiap menuju ring.
"Saat mendapatkan panggilan, Devan sudah melakukan pemanasan dan siap untuk tampil, tapi sayangnya pertandingan ditunda karena ada upacara penyerahan medali dan pertandingan dimulai sejam kemudian," ujar Budi.
Budi menambahkan kesan panitia pertandingan mengulur waktu pertandingan nampak terlihat, karena beberapa kali jadwal acara yang sudah disusun mengalami perubahan.
"Awalnya seusai laga final di satu nomor pertandingan akan ada UPP medali, namun berubah setiap enam pertandingan final baru ada UPP medali. Itu pun diselingi nomor pertandingan seni," tambah Budi dengan nada kesal.
Budi tidak mau menyimpulkan molornya jadwal pertandingan berkaitan dengan kemenangan banding Kaltim atas laga semifinal Devan menghadapi Uchida (DKI) di Dewan Hakim PB PON XX Papua.
"Pertandingan sudah berakhir dan fakta di lapangan memang harus diakui bahwa lawan Devan tampil jauh lebih baik," katanya.
Pewarta: Arumanto
Editor: Didik Kusbiantoro
Copyright © ANTARA 2021