Manila (ANTARA News/AFP) - Setidaknya dua orang tewas dan 15 lainnya cedera ketika satu bom meledak di bus yang penuh sesak penumpang di distrik bisnis ibukota Filipina, Selasa, kata pihak berwenang.

Serangan itu terjadi dua bulan setelah Amerika Serikat dan beberapa negara Barat memperingatkan bahwa serangan teroris akan segera terjadi di Manila menyusul pembajakan sebuah bus tahun lalu yang menewaskan delapan wisatawan Hong Kong.

"Bahan peledak itu kemungkinan besar disembunyikan di bawah kursi penumpang," kata kepala kepolisian Manila Metropolitan Nicanor Bartolome kepada stasiun televis ANC.

"Untuk sementara, kami dapat mengkonfirmasikan dua orang tewas dan 15 lainnya cedera dan telah dibawa ke rumah-rumah sakit," katanya.

Ledakan itu terjadi Selasa petang ketika bus itu sedang melaju di salah satu jalan teramai di Manila, di ujung distrik bisnis Makati.

Wakil Presiden Jejomar Binay, mantan walikota Makati segera mengunjungi lokasi itu dan mengatakan bom itub berkekuatan besar.

"Ada lobang besar dan reruntuhan kendaraan itu menunjukkan itu adalah sebuah bom," kata Binay seraya menambahkan kaki dari seorang wanita yang cedera telah putus.

Para detektifi berada di lokasi untuk melakukan penyelidikan, sementara darah mengering di jalan beraspal.

Sopir, yang selamat dari serangan itu, mengatakan sedikitnya dua pria yang bertindak aneh bergegas keluar dari bus itu beberapa saat sebelum bom itu meledak.

"Mereka bergerak dari satu kursi ke kursi lain walaupun kami tidak mengira ada sebuah bom di dalam bus," kata sopir bernama Maximo Peligro itu kepada wartawan.

Ia mengatakan sekitar 30 orang berada di dalam bus itu ketika bom meledak.

Pada November, Amerika Serikat, Australia, Kanada, Prancis dan Selandia Baru mengeluarkan peringatan perjalanan kepada Filipina bahwa serangan-serangan teroris mungkin akan segera terjadi.

Beberapa dari peringatan-peringatan itu secara khusus menyebutkan bahwa satu serangan kemungkinan akan terjadi di Manila.

"Serangan-serangan teroris dapat dilakukan secara membabi buta dan dapat terjadi tidak hanya di pulau-pulau selatan tetapi juga di daerah-daerah lain termasuk Manila," bunyi peringatan yang dikeluarkan AS itu.

Presiden Filipina Benigno Aquino mengecam keras peringatan perjalanan itu, namun AS tetap mempertahankan peringatan itu dan ini dapat dilihat di laman internet kedutaannya di Manila, Selasa.

Dalam satu insiden yang tidak ada hubungannya namun tetap menimbulkan kekhawatiran internasional tentang keamanan di Manila, seorang mantan polisi membajak sebuah bus turis Agustus tahun lalu.

Setelah buntu sehari, polisi menyerbu bus itu dan membunuh pembajak, tetapi delapan wisatawan Hong Kong juga tewas.

Filipina menghadapi banyak ancaman keamanan, sebagian besar kelompok garis keras Abu Sayyaf yang beroperasi terutama di selatan negara itu, dan pemberontak komunis yang melakukan pemberontakan selama 42 tahun.

Abu Sayyaf membom sebuah kapal penumpang di TeLuk Manila tahun 2004 menewaskan lebih dari 100 orang dalam serangan teroris terburuk di negara itu, kata pihak berwenang.

Abu Sayyaf juga melancarkan serangan bom satu bus dekat Makati tahun 2005 yang menewaskan tiga orang.

Geng-geng bersenjata dan para pemeras juga menyerang bus-bus yang sering terjadi di Filipina selatan.

Sembilan penumpang tewas dalam satu serangan seperti itu di selatan negara itu pada Oktober tahun lalu yang dituduh dilakukan kelompok gerilyawan Muslim lain yang berusaha meminta uang secara paksa kepada sebuah perusahaan bus lokal.

H-RN/H-AK

Editor: Jafar M Sidik
COPYRIGHT © ANTARA 2011