Jakarta (ANTARA News) - Pemerintah berupaya meningkatkan kualitas pendidikan di Tanah Air dengan pengadaan buku pengayaan atau nonteks pelajaran yang direkomendasikan ke sekolah setelah melalui tim penilai dari Kemdiknas.

"Sebelum dapat dikoleksi oleh sekolah, buku-buku tersebut dinilai kelayakannya oleh tim yang dibentuk Pusat Kurikulum Kementerian Pendidikan Nasional (Puskur Kemdiknas), ang saat ini telah berganti nama menjadi Pusat Kurikulum dan Perbukuan Kemdiknas," kata Direktur Jenderal Pendidikan Dasar Kemdiknas Suyanto dalam jumpa pers di Jakarta, Selasa petang.

Ia menjelaskan, buku pengayaan dan referensi dapat meliputi buku sastra, pendidikan karakter, dan tokoh-tokoh. Buku itu ditentukan oleh pusat.

"Bukan dalam arti judulnya, tetapi Kementerian memberikan sejumlah daftar buku yang telah lolos seleksi dan penilaian oleh tim di bawah Pusat Perbukuan," katanya.

Suyanto menyampaikan dari buku-buku yang telah lolos seleksi tersebut, daerah dapat menentukan buku-buku untuk dikoleksi oleh sekolah.

Dia menjelaskan, pengadaan buku melalui mekanisme Dana Alokasi Khusus (DAK) dilakukan secara lelang.

"Pada 2010 DAK diadakan dengan mekanisme lelang. Kami hanya menentukan juknisnya. Tentang judulnya, daerah yang menentukan," ujarnya.

Terkait buku seri Susilo Bambang Yudhoyono yang beredar di Tegal, Jawa Tengah, Ia mengatakan, buku tersebut telah memenuhi persyaratan. Selain karena harganya murah dan juga telah lolos penilaian. "Buku seri SBY ada 10 (judul) yang telah dinilai," ujarnya.

Kepala Pusat Kurikulum dan Perbukuan Kemdiknas Diah Harianti menyampaikan penilaian kelayakan buku tersebut meliputi empat komponen yaitu materi, penyajian, bahasa, dan grafika. "Masing-masing komponen memiliki skor yang akan menentukan kelayakan buku tersebut," katanya.

Ia menjelaskan buku dengan total skor kurang dari 100 dinyatakan tidak layak, 100-122 bintang satu (cukup), 122-140 bintang dua (bagus), dan di atas 140 bintang tiga (sangat bagus). Saat ini ada 807 judul buku pengayaan yang telah lolos penilaian.

Diah mengatakan tim penilai bukan berasal dari Pusat Perbukuan melainkan tim ahli tentang perbukuan, yang secara independen menjadi tim penilai dari buku teks dan nonteks.

Dia menyebutkan, para ahli tersebut di antaranya adalah Dr Bana Kartasasmita dari Institut Teknologi Bandung, Prof Dr Yus Rusyana dari Universitas Pendidikan Indonesia (UPI), Prof Dr Mien Rivai dari Herbarium Bogorience, Dr Dasim Budimansyah dari UPI, dan Dr Sugiarto dari SMK 8 Jakarta.

Untuk materi pendidikan kewarganegaraan dan materi kepribadian, mereka dibantu oleh Dr Saparia, Dr Kokom Komalasari, M.Pd, Dr Muchson AR, M.Pd, Dra Deasiyanti, Psi, M.Si, dan Dr Siti Nurohmah.

"Jadi bukan tim sembarangan, tim khusus penilai buku yang disebut panitia penilai buku. Panitia mengkoordinasikan tim penilai buku sesuai dengan kontennya. Siapa yang berhak menjadi tim penilai buku yaitu orang-orang yang memiliki kompetensi terhadap konten itu. Kalau buku fisika, tim penilai (dari) ahli fisika. Kalau buku sejarah, dinilai oleh ahli sejarah," katanya.(*)
(T.Z003/N002)

Editor: Ruslan Burhani
COPYRIGHT © ANTARA 2011