Jakarta (ANTARA News) - Kementerian BUMN memperkirakan laba bersih seluruh perusahaan milik negara pada 2011 sebesar Rp113,72 triliun, naik 19,32 persen dari prognosa laba bersih pada 2010 sekitar Rp95,30 triliun.

"Peningkatan laba dipicu membaiknya kinerja keuangan hampir seluruh sektor BUMN dan bidang usaha yang digeluti masing-masing BUMN," kata Menteri BUMN Mustafa Abubakar, pada konferensi pers "BUMN Outlook 2011", di Kantor Kementerian BUMN, Jakarta, Jumat.

Menteri menjelaskan, peningkatan laba seluruh BUMN pada 2011 akan diperoleh dari perkiraan meningkatnya pendapatan usaha menjadi Rp1.294,37 triliun, naik 13.12 persen dari 2010 sekitar Rp1.124,33 triliun.

Selama 2011 belanja modal (capital expenditure/capex) mencapai Rp210,12 triliun, naik 83,26 persen dari 2010 yang diperkirakan sebesar Rp196,91 triliun.

Saat yang sama belanja operasional (operational expenditure/opex) seluruh BUMN untuk pertama kali menembus angka Rp1.020,87 triliun, meningkat 9,52 persen dari sebelumnya Rp932,15 triliun.

Total aktiva pada 2011 diperkirakan mencapai Rp2.976,96 triliun, tumbuh 16,76 persen dari tahun sebelumnya yang diproyeksikan mencapai Rp2.549,67 triliun. Adapun total ekuitas mencapai Rp703,87 triliun, naik 12,8 persen dari sebelumnya Rprp623,59 triliun.

Pemerintah 2011 mematok setoran dividen sebesar Rp27,5 triliun, turun dari dividen tahun sebelumnya Rp30,09 triliun.

"Penurunan dividen dimaksudkan untuk mendorong ekspansi usaha, penamahan modal bagi BUMN. Dengan demikian dapat meningkatkan kinerja keuangan perusahaan yang pada akhirnya meningkatkan setoran dalam bentuk pajak kepada negara," ujar Mustafa.

Selama 2011, sektor usaha yang paling tinggi memperoleh laba bersih yaitu sektor energi yang mencapai Rp42,11 triliun, naik 16,8 persen dari tahun sebelumnya Rp35,09 triliun.

Laba sektor perbankan melonjak 20 persen dari prognosa Rp20,05 triliun 2010 menjadi Rp24,06 triliun. Di tempat ketiga, sektor yang mengalami pertumbuhan laba tinggi yaitu telekomunikasi sebesar Rp15,72 triliun naik 20,28 persen dari sebelumnya Rp13,07 triliun.

Selanjutnya sektor pertambangan mencapai Rp6,17 triliun dari perkiraan laba bersih 2010 sebesar Rp4,93 triliun.

Sesuai dengan Master Plan BUMN 2010-2014, pada 2011 Kementerian BUMN akan melakukan penyesuaian jumlah 38 perusahaan menjadi 22 BUMN, sehingga pada akhir 2011 jumlah BUMN akan menjadi sekitar 126 BUMN dari sebelumnya sekitar 144 BUMN.

Kementerian BUMN juga melakukan program restrukturisasi BUMN terhadap 14 BUMN melalui PT Perusahaan Pengelolaan Aset (PPA), meliputi PT Kertas Kraft Aceh, PT Boma Bisma Indra, PT Balai Pustaka, Perum Perusahaan Film Negara (PFN), PT Industri Sandang.

Selanjutnya PT Primissima, PT Pal, PT Industri Kapal Inodnesia, PT Waskita Karya, PT Djakarta Lloyd, PT Merpati Nusantara Airlines, PT Survey Udara Penas.

"Arah kebijakan privatisasi ke depan adalah untuk meningkatkan struktur permodalan bagi pengembangan usaha, dengan metode utama melalui penawaran saham kepada publik (IPO)," kata Mustafa.

Rencana privatisasi PT Garuda Indonesia dan PT Bank Mandiri akan segera dilaksanakan, sedangkan rencana privatisasi PT Primissima, Sarana Karya dan Kertas Padalarang masih menunggu jadual pembahasan dan konsultasi dengan DPR.

Kementerian BUMN pada 2011 mencatat usulan dana pelayanan umum kepada publik (public service obligation/PSO) sebesar Rp184,82 triliun, turun dari total PSO 2010 yang mencapai Rp201,3 triliun.

Adapun dana PSO dijalankan oleh 10 BUMN, meliputi PT Kereta Api, PT Pelni, PT Pos Indonesia, Perum LKBN Antara.

Selanjutnya PT Pertamina, PT PLN, PT Pusri (Holding), PT Sang Hyang Seri, PT Pertani, dan Perum Bulog.(*)
(T.R017S004)

Editor: Ruslan Burhani
COPYRIGHT © ANTARA 2011