Jawa Barat secara perlahan tapi pasti, mulai menggeser satu per satu lawan-lawan berat setelah sehari sebelumnya juga berhasil menyalip tuan rumah Papua yang bertengger di peringkat kedua.
Berdasarkan data yang diperoleh dari sumber resmi Panitia Besar PON Papua sampai pukul 22.00 WIT atau pukul 20.00 WIB, Jabar sudah mengumpulkan 50 emas, 44 perak dan 55 perunggu, hanya terpaut tiga emas dengan DKI Jakarta yang memperoleh 47 emas, 40 perak dan 47 perunggu.
Penyelenggaraan pesta olahraga terbesar di Tanah Air pada pertandingan hari kelima diwarnai dengan persaingan ketat empat kontingen dengan selisih perolehan medali sangat tipis. Keempat daerah itu adalah Jabar, DKI Jakarta, tuan rumah Papua, dan Jawa Timur.
Tuan rumah Papua yang sebelumnya menempel DKI di puncak klasemen dan tergeser ke peringkat ketiga, hanya unggul selisih tiga emas dengan Jawa Timur yang berada di urutan keempat.
Papua yang selama ini menjadi salah satu kekuatan olahraga di Tanah Air, berada di urutan ketiga dengan 45 emas, 22 perak dan 40 perunggu, sementara Jatim (42-35-35).
Salah satu dari tambahan emas Jabar dihasilkan oleh lifter putri Windy Cantika Aisah, peraih medali perunggu Olimpiade 2020 Tokyo.
Windy yang turun di kelas 49 kg itu membukukan total angkatan 192 kg, dengan rincian angkatan snatch 87 kg dan clean and jerk 105 kg. Ia unggul jauh dari lifter Jawa Tengah Siti Nafisatul yang membukukan total angkatan 170 kg (snatch 75kg dan clean and jerk 95 kg).
Medali perunggu diraih lifter asal Kalimantan Selatan Riska Nur Amanda seusai mencatatkan total angkatan 167 kg (snatch 76 kg dan clean and jerk 91 kg).
Sementara tambahan medali emas DKI Jakarta, di antaranya dihasilkan dari cabang selam kolam dengan meraih tiga emas, yaitu pada nomor 200 meter bifins putra dan putri, serta 50 meter bifins putra.
Alexander Damanik membuka perolehan emas DKI Jakarta setelah mencatatkan waktu terbaik 1 menit 40,83 detik pada nomor 200 meter bifins putra.
Kemudian giliran Joanita Mutiara Hapsari yang turun pada 200 meter bifins putri. Dia mencatatkan waktu 1 menit 52,87 detik.
Satu emas lainnya diraih Andityo Panigoro yang tampil pada nomor 50 meter bifina putra dengan 19,85 detik.
Selain tiga medali emas, DKI Jakarta hari ini juga membawa pulang satu perunggu melalui Daveena yang turun pada nomor 200 meter surface putri.
Dengan hasil ini, secara keseluruhan kontingen Ibu Kota telah mengoleksi empat emas pada selam kolam. Sehari sebelumnya, Petrol Apostle Kambey menjadi yang terbaik di nomor 100 meter surface putra.
Jawa Timur, hari ini, juga berjaya di nomor surface, masing-masing 200 meter putri dan 50 meter putra dan putri.
Janis Rosalita Suprianto membuka jalan Jawa Timur meraih emas pada hari ini. Turun di nomor 200 meter surface putri, dia membukukan catatan waktu 1 menit 33,54 detik.
Kemudian Jawa Timur kembali meraih emas masing-masing melalui Wahyu Anggoro Tamtomo untuk 50 meter surface putra dan Angeline Soegianto pada sektor putri.
Selain tiga emas, hari ini, Jawa Timur juga meraih dua perak masing-masing melalui Ach Rezah di nomor 200 surface putra dan Nadim Isaad di nomor 200 meter bifins putra.
Jawa Timur juga mengoleksi dua perunggu hari ini, masing-masing melalui Nafa Amadea di nomor 200 bifins putri dan Guntur Pratama Putra di 50 meter bifins putra.
Secara keseluruhan atau selama dua hari perlombaan selam kolam, Jawa Timur telah mengoleksi tujuh emas.
"Ada tujuh medali emas yang diraih Jawa Timur sejauh ini. Ini tidak menjadikan kami jemawa karena sportivitas adalah paling utama," kata Ketua Umum Persatuan Olahraga Selam Seluruh Indonesia (POSSI) Jawa Timur Mirza Muttaqien.
Atletik
Perburuan medali emas di cabang atletik ditandai dengan penampilan atlet nasional yang masih belum tertandingi oleh lawan-lawan mereka.
Di nomor paling bergengsi, sprinter nasional yang membela Nusa Tenggara Barat (NTB) Lalu Mohammad Zohri tampil manusia tercepat di Tanah Air setelah meraih medali emas nomor 100
meter putra cabang olahraga atletik.
Bertanding di GOR Mimika Sport Complex, Mimika, Papua, Rabu, Zohri menginjak garis finis dengan waktu 10,46 detik, diikuti rekan seprovinsinya Sudirman Hadi yang mengamankan medali perak dengan catatan waktu 10,68 detik.
Persaingan ketat terjadi di perebutan medali perunggu. Pelari Kalimantan Tengah Eko Rimbawan unggul sangat tipis dari atlet DKI Jakarta Wahyu Setiawan.
Eko mencapai garis finis dengan waktu 10,692 detik. Sementara Wahyu hanya tertinggal 0,002 detik di belakang dengan torehan waktu 10,694 detik.
Berada di lintasan tiga, Zohri langsung melesat sesaat setelah letupan pistol tanda dimulainya lomba terdengar. Sudirman yang berada di posisi kedua sempat berupaya mengejar di 50 meter pertama.
Namun, kecepatan Zohri yang semakin meningkat membuat pemegang rekor nasional 100 meter putra itu tak terbendung menjadi orang pertama yang mencapai finis.
Meski meraih emas, Zohri gagal memecahkan rekor nasional atas namanya sendiri dengan catatan waktu 10,03 detik yang dia raih pada 2019 lalu. Atlet 21 tahun itu berharap bisa kembali meraup medali emas di dua nomor lain yang dia ikuti, yakni 200 meter putra dan estafet 4x400 putra.
"Alhamdulillah saya bersyukur bisa memberikan yang terbaik buat NTB, dan semoga ke depannya lagi bisa menyumbang medali emas buat NTB," kata Zohri.
Bintang atletik lainnya, atlet asal Bali Maria Natalia Londa juga membuktikan dirinya belum terkalahkan pada nomor lompat jangkit putri. Maria meraih medali emas dengan lompatan sejauh 13,60 meter.
Medali perak diraih oleh atlet Banten Maesaroh yang mencatatkan lompatan sejauh 12,60 meter. Di posisi ketiga, Ika Puspa Dewi dari Jawa Barat dengan lompatan 12,52 meter dan terakhir Ni Luh Mita Yuni dari Bali dengan lompatan sejauh 11,57 meter.
Lompatan yang diraih atlet kelahiran Denpasar, 29 Oktober 1990 itu sekaligus memecahkan rekor PON atas namanya sendiri pada 2016 dengan lompatan 13,52 meter.
Maria juga tercatat sebagai pemegang rekor nasional dengan lompatan 14,17 meter yang dicetak pada 2013.
Raihan medali emas ini merupakan yang kedua bagi Maria di PON Papua. Sehari sebelumnya, Maria juga menggondol medali emas nomor lompat jauh.
Pewarta: Atman Ahdiat
Editor: Didik Kusbiantoro
Copyright © ANTARA 2021