Jakarta (ANTARA News) - Kedutaan Besar Republik Indonesia (KBRI) di Kairo mendata sedikitnya 455 warga negara Indonesia siap untuk dievakuasi dalam kelompok terbang pertama ke luar dari Mesir yang dilanda kerusuhan sepekan terakhir ini.

Ketua Perlindungan WNI di Mesir, Kol (L) R Teguh Isgunarto mengatakan kepada koresponden ANTARA Munawar Saman Makyanie di Kairo Selasa bahwa pesawat Garuda yang akan digunakan untuk evakuasi WNI saat ini masih berada di Bandar Udara Jeddah, Arab Saudi, dan bersiap-siap ke Bandar Udara Kairo, Mesir.

Menurut dia, pesawat dari Kairo akan berangkat Selasa pukul 21.00 waktu setempat (pukul 2.00 Rabu dinihari).

"Untuk mengangkut mereka ke bandara, KBRI memobilisasi semua kendaraan kantor dan kendaraan pribadi karena penguasa setempat melarang bus-bus wisata beroperas," ujarnya.

Dia mengatakan bahwa mereka yang akan dievakuasi terdiri atas kaum wanita, termasuk wanita hamil, anak-anak dan orang-orang yang terlantar akibat kerusuhan dan kini telah berkumpul di konsulat imigrasi di kawasan Nasr City.

Kepala Bagian Fungsi Penerangan, Sosial dan Budaya, Iwan Widjaya Mulyatna, mengatakan evakuasi kelompok terbang kedua akan dilakukan setelah evaluasi kloter pertama.

Ketua Persatuan Pelajar dan Mahasiswa Indonesia, Salahuddin Nurhalim, mengatakan bahwa banyak mahasiswa Indonesia dari kawasan-kawasan lain mengalami kesulitan ke Kairo karena jalan-jalan masih diblokir.

"Mahasiswa enggan kembali ke Tanah Air karena berbagai pertimbangan antara lain takut sulit masuk ke Mesir lagi," ujar Salahuddin.

Data terakhir Kementerian Luar Negeri menyebutkann WNI yang berada di Mesir sebanyak 6.149 orang, terdiri atas 4.297 mahasiswa, 1.002 tenaga kerja, dan staf KBRI serta keluarganya. Saat ini, mereka membangun komunikasi di 20 posko.

Tempat-tempat permukiman WNI pada umumnya jauh dari lokasi-lokasi unjuk rasa, yang sebagian besar berlangsung di pusat-pusat kota dan tempat-tempat strategis di Mesir.

Aksi-aksi protes berlangsung sepekan itu terakhir dan mereka mendesak Presiden Hosni Mubarak yang telah berkuasa selama 30 tahun untuk mundur dari jabatannya.

Laporan-laporan media menyebutkan lebih 100 orang tewas dan ribuan lainnya menderita luka-luka dalam pergolakan yang mencekam itu.

Sumber-sumber ANTARA melaporkan sejumlah negara juga mengevakuasi para warganya dari Mesir dan mengeluarkan peringatan agar tidak melakukan perjalanan ke negara di Afrika Utara itu untuk sementara waktu sampai situasi keamanan di sana stabil.

(M043/M016/S026)

Editor: Suryanto
COPYRIGHT © ANTARA 2011