Jakarta (ANTARA News) - Proses evakuasi warga negara Indonesia yang berada di Kairo, Mesir, mulai berlangsung dan kelompok pertama akan dievakuasi dari Kairo pada Rabu (2/1) dini hari waktu Indonesia bagian barat.

Ketua Satuan Tugas Evakuasi WNI, Nur Hassan Wirajuda kepada wartawan di Bina Graha, Jakarta, Selasa sore mengatakan, saat ini pesawat Garuda Indonesia telah berada di Jeddah, Arab Saudi, dan sedang bersiap menuju Kairo.

Proses administrasi di bandara untuk menuju Kairo sudah siap dan pesawat akan berangkat menuju Kairo sekitar pukul 16.00 waktu setempat dan tiba di Kairo pukul 17.00 waktu setempat.

"Pesawat Garuda 747-400 masih di Jeddah. Berita baiknya adalah `overflight` dan izin `landing` di Kairo sudah diperoleh, keberangkatan Garuda sore ini waktu Jeddah lebih pada menyesuaikan dengan proses pengumpulan warga dari rumah ke tempat berkumupul dan dari tempat berkumpul ke `airport` yang sudah dilakukan sejak tadi pagi di Kairo," katanya.

Dia menambahkan, setelah melakukan pengisian bahan bakar di bandara internasional Kairo, pesawat Garuda bisa berangkat menuju Jakarta. Pesawat diperkirakan tiba di Jakarta pada Rabu pagi waktu Indonesia.

Berdasarkan laporan duta besar RI di Kairo, kata Hasan, ada sedikit hambatan dalam proses pengumpulan warga karena otoritas setempat melarang penggunaan bus atau kendaraan besar yang dikhawatirkan dapat menjadi sarana untuk mobilisasi massa.

"Sejak tadi pagi KBRI telah mengerahkan mobil kecil di mana `home staff` atau `local staff` membantu menjemput dari tempat berkumpul ke `airport`. Dubes optimistis bahwa setibanya pesawat Garuda di Kairo tidak akan menunggu terlalu lama, dan target untuk mengangkut 400 warga yang akan dievakuasi bisa tercapai," kata Hassan.

Terkait prioritas evakuasi warga, Hassan Wirajuda mengatakan, prioritas diberikan kepada perempuan dan anak-anak yang secara fisik dan psikologis rentan terhadap situasi yang tengah berlangsung di ibu kota Mesir tersebut.

Hassan mengatakan, prioritas berikutnya adalah mahasiswa Indonesia yang sedang berada di Kairo karena berdasarkan pengalaman, sebagian besar mahasiswa Indonesia yang menuntut ilmu di Mesir mempunyai keterbatasan dari sisi ekonomi.

Namun, dia mengingatkan bahwa mahasiswa tentu ada yang memiliki kebutuhan lain dan tidak ingin dievakuasi mengingat tujuan mereka di Kairo adalah untuk kuliah.

Sementara itu, terkait dua pesawat tambahan dari maskapai Lion Air dan Batavia Air, Hassan mengatakan status pesawat tambahan itu masih disiagakan, sambil menunggu perkembangan terkait jumlah WNI yang akan dievakuasi.

Hassan juga menjelaskan, logistik berupa biskuit, vitamin, serta makanan kaleng belum terlalu dibutuhkan karena persediaan makanan di Kairo masih ada, sehingga belum terlihat adanya krisis pangan atau kenaikan harga pangan yang menimbulkan kesulitan.

Ketika ditanya bagaimana WNI yang masih berada di Kairo setelah berlangsungnya evakuasi tahap pertama, Hassan mengatakan pihaknya masih memantau kondisi krisis yang terjadi, apakah akan berkepanjangan atau tidak.

"Mereka saat ini masih di rumah masing-masing, mahasiswa di asrama. Kita antisipasi kondisi sekarang karena memang belum final apakah bisa berkembang menjadi konflik horizontal atau lainnya," katanya.

Satgas Evakuasi WNI di Kairo pada Selasa sore menggelar rapat di gedung Bina Graha untuk membahas perkembangan dan juga perencanaan proses evakuasi WNI di Kairo.

Hadir dalam pertemuan itu antara lain, Ketua Satgas Hassan Wirajuda dan Menteri Luar Negeri Marty Natalegawa.

(P008*F008/A035/S026)

Editor: Suryanto
COPYRIGHT © ANTARA 2011