Jakarta (ANTARA News) - Menteri Kebudayaan dan Pariwisata Jero Wacik mengatakan, tidak masalah jika Pulau Komodo dihapus dari daftar pemilihan tujuh keajaiban dunia baru dan Indonesia tetap mempromosikan pulau tersebut.

"Tidak masalah jika Pulau Komodo dihapus dari daftar pemilihan new7wonders (tujuh keajaiban dunia baru) karena Indonesia tidak bersedia mengeluarkan dana 45 juta dolar AS untuk menjadi tuan rumah puncak pemilihan," kata Menbudpar Jero Wacik di Jakarta, Rabu.

Menteri menuturkan bahwa ia dihubungi oleh lembaga swadaya masyarakat (LSM) penyelenggara survai new7wonders jika Indonesia menjadi tuan rumah maka perkiraan biaya yang dibutuhkan 45 juta dolar atau sekitar Rp400 miliar.

"Saya berhitung layak tidak mengeluarkan Rp400 miliar untuk jadi tuan rumah..., tidak sampai hati kalau mengeluarkan 45 juta dolar itu," katanya tentang pemilihan tujuh keajaiban dunia baru dari 28 kandidat.

Menurut Jero, jika Indonesia tidak bersedia menjadi tuan rumah tentunya masih ada 27 negara yang lain sehingga dia menyampaikan keberatan karena terlalu mahal biayanya.

Namun, kata dia, yayasan tersebut justru mengancam akan menghapus Pulau Komodo dari daftar pemilihan jika Indonesia tidak bersedia menjadi tuan rumah.

"Mereka mengatakan wah Indonesia kalau tidak mau jadi tuan rumah nanti bisa dihapus...Rupanya mereka mengancam Indonesia, mereka bilang kita akan hilangkan itu (Pulau) Komodo," ujarnya.

Menbudpar mengaku ancaman itu menyebabkan rasa nasionalismenya bangkit. Ia kemudian mempertanyakan keabsahan yayasan tersebut dan menulis surat kepada LSM itu.

"Saya tulis surat tadi, mereka bilang tunggu, tanggal 7 Februari akan divonis," ujarnya.

Namun, menurut Jero Wacik, sejak Indonesia giat mengkampanyekan Pulau Komodo, kawasan tersebut makin terkenal dan pemerintah tetap akan melanjutkan promosi.

Sebelumnya Indonesia mendaftarkan Danau Toba, Anak Gunung Krakatau dan Pulau Komodo dalam survei new7wonders dengan biaya pendaftaran 600 dolar AS.

Setelah pemilihan dari 200an kandidat, Pulau Komodo masuk dalam 28 besar. (F008*G003/Z002/K004)

Editor: Kunto Wibisono
COPYRIGHT © ANTARA 2011