Makassar (ANTARA News) - Seorang pemuda dengan ciri-ciri bertato kawat duri di leher tewas mengenaskan diamuk massa setelah adanya pesan singkat (SMS) yang beredar dan meresahkan warga jika pelaku yang dimaksud akan mengincar 400 orang warga untuk dijadikan korban.

Rahma (48), salah seorang warga Jalan Mallombassang di Makassar, Rabu, mengaku, senang dengan adanya kabar jika warga yang tewas terbunuh itu adalah pelaku yang menjadi incaran pihak kepolisian.

Namun, dirinya juga mengkhawatirkan jika warga yang terbunuh itu bukanlah pelaku yang dimaksud. Karena itu, dirinya meminta kepada pihak kepolisian agar segera memberikan penjelasan kepada masyarakat jika SMS dan selebaran yang banyak beredar itu hanyalah pekerjaan orang yang tidak bertanggungjawab.

"Kami sangat resah pak polisi dengan adanya SMS dan selebaran yang meresahkan kami. Dalam selebaran itu dijelaskan jika pelaku itu mengincar orang dewasa, tua, muda dan anak-anak untuk diambil organ tubuhnya," cemasnya.

SMS dan selebaran yang banyak beredar di masyarakat itu berisikan imbauan dari Kapolres Palu yang menyebutkan jika komplotan pengincar manusia itu beraksi di Sulawesi Tengah dan Sulawesi Selatan.

Dalam selebaran itu juga diungkapkan jika komplotan mencari korban sebanyak 400 orang tua, muda maupun anak. Kabarnya, komplotan itu baru menculik warga sebanyak 100 orang dan masih membutuhkan 300 orang lagi.

Dalam beraksi, komplotan itu menggunakan kendaraan mobil Toyota Avanza Silver dengan nomor polisi DN 1857, memakai sepeda motor Suzuki Satria hitam DN 1011, sepeda motor Honda Revo DN 3838 dan sepeda motor Yamaha Mio.

Dalam selebaran itu juga otak pelaku diidentifikasi menggunakan tato kawat duri di bagian leher, memiliki bintik tato diantara keningnya dan diketahui bernama Jamal warga asal Parigi, Sulawesi Tengah.

Warga yang tewas di Desa Pakkato, Kecamatan Bontomarannu, Kabupaten Gowa, Sulawesi Selatan itu langsung dibawa ke Rumah Sakit Polri Bhayangkara untuk dilakukan otopsi. Tim dari Kesatuan Dokter Kesehatan RSP Bhayangkara juga langsung ke lokasi kejadian untuk melakukan proses identifikasi.

Berdasarkan pantauan, informasi yang meresahkan warga Sulsel itu sudah terjadi selama hampir dua pekan. Banyak orang tua mengkhawatirkan kejadian yang tidak diinginkan terjadi.

Bahkan, salah seorang warga Jalan Mallombassang, Ratna, mengaku tidak tenang dan melarang anaknya keluar rumah. "Saya khawatir bahkan takut sekali jika informasi itu betulan. Saya tidak lagi menyuruh anak saya bermain karena sudah takut," ungkapnya. (MH/F003/K004)

Editor: Kunto Wibisono
COPYRIGHT © ANTARA 2011