Sebelumnya, pelari asal DKI Jakarta itu telah mengemas dua emas masing-masing dari nomor 5.000 meter putri dan 10.000 meter putri.
Bertanding di Kompleks Kuala Kencana, Mimika, Papua, Sabtu, Odekta berhasil mencapai finis dengan catatan waktu 2 jam 48 menit dan 46 detik, unggul lebih dari 10 menit dari rekan satu provinsinya Triyaningsih yang menyabet medali perak dengan waktu 2 jam 58 menit dan 56 detik.
Baca juga: Odekta disiplin makan dan tidur jelang turun di marathon PON Papua
Adapun medali perunggu diamankan atlet Kalimantan Timur Irma Handayani dengan torehan waktu 3 jam dan 51 detik. Irma sendiri sempat memperoleh bantuan oksigen dari tim medis usai pertandingan karena kelelahan.
Ditemui usai pertandingan, Odekta mengaku sangat puas atas prestasi yang dia torehkan hari ini. Dirinya tidak menyangka mampu mengemas emas di nomor ketiga yang dia ikuti.
"Targetnya itu sebenarnya dua emas. Tetapi kalau ini (marathon) bisa (emas) kenapa enggak? Ini menjadi bonus," ujar dia.
Selain memperoleh emas ketiga, perempuan 30 tahun itu juga sukses mempertajam catatan waktu pribadinya. Waktu terbaik Odekta sebelumnya adalah 2 jam 55 menit yang dia torehkan pada PON XIX Jawa Barat 2016.
Baca juga: Tim Atletik DKI Jakarta sebut capaian medali emas masih sesuai target
"Medali emas ini saya persembahkan untuk Tuhan, untuk keluarga, untuk tim, untuk seluruh masyarakat DKI Jakarta, dan untuk semua yang mendoakan," kata peraih perunggu di SEA Games Filipina 2019 itu.
Dalam kesempatan itu, Odekta juga memuji lintasan lari di Kompleks Kuala Kencana yang dinilai memiliki aspal bagus dan pemandangan yang mempesona.
"Rutenya bagus banget, aspalnya bagus dan tidak terlalu banyak tikungan. Sejauh ini sejuk banget," kata dia.
Rekor PON nomor marathon putri masih dipegang oleh Ruwiyati dengan catatan waktu 2 jam 45 menit dan 47 detik yang dicetak pada 1993. Sedangkan rekor nasional masih dimiliki Triyaningsih dengan waktu 2 jam 31 menit dan 49 menit yang ditorehkan pada 2010.
Baca juga: Triyaningsih: Belum ada rencana pensiun dari atletik
Pewarta: Fathur Rochman
Editor: Teguh Handoko
Copyright © ANTARA 2021