Juba, Sudan (ANTARA News/AFP) - Sudan Selatan mempertimbangkan pemindahan ibu kotanya ke tempat baru sebagai persiapan wilayah itu untuk kemerdekaan penuh pada Juli, kata Menteri Penerangan pada Minggu.

"Panitia kementerian akan mempertimbangkan kemungkinan itu serta melihat pilihan terbaik," kata Barnaba Marial Benjamin.

"Yang diinginkan adalah memiliki ibu kota, yang menguntungkan negara baru kita," katanya.

Wilayah tertinggal itu, yang dibiarkan runtuh dengan perang beberapa dasawarsa dengan pihak utara, akhirnya memilih berpisah pada jajak pendapat pada bulan lalu, sehingga kemerdekaan penuh memecah negara terbesar di Afrika itu menjadi dua.

Tanggapan beragam muncul terhadap rencana baru di ibu kota saat ini, Juba, kota bobrok, yang berkembang pesat di tepi sungai Nil Putih.

"Baik bila kita memiliki mimpi memiliki ibu kota baru untuk negara baru kita. Saya rasa, bagusnya kita punya ibu kota, yang berada tepat di tengah negara," kata penjaga toko Jackson Hussein.

Namun, beberapa lagi cenderung skeptis.

"Pada saat ini, kami memiliki masalah air, jaringan selokan, dan listrik di Juba, namun kota inilah yang paling berkembang di Sudan selatan," kata mahasiswa Philip Garhok.

"Saya rasa, sebaiknya kita fokus kepada upaya membuat kota ini bekerja dengan baik daripada menghabiskan uang untuk membangun tempat baru," katanya.

Pada Agustus lalu, pejabat kementerian perumahan mengumumkan usul "luar biasa" untuk mengembangkan sepuluh ibu kota negara bagian Sudan Selatan dengan bentuk hewan.

Juba direncanakan dalam bentuk badak, sedangkan Wau, ibu kota Bahr Barat Al-Ghazal dirancang dalam bentuk jerapah.(*)

(Uu.KR-PPT/B002)

Editor: Ruslan Burhani
COPYRIGHT © ANTARA 2011