Phnompenh/Bangkok (ANTARA News/AFP/Reuters) - Bentrok baru pecah di sepanjang perbatasan Thailand-Kamboja pada Minggu di dekat kuil sengketa, kata tentara kedua negara itu, mengahiri kesepakatan gencatan senjata setelah pertempuran menewaskan sedikitnya lima orang.

"Kami bertempur sekarang. Mereka menembaki kami lebih dulu," kata komandan tentara Kamboja kepada kantor berita Prancis AFP, mengacu kepada pasukan Thailand di seberang perbatasan itu.

Juru bicara tentara Thailand Kolonel Sunsern Kaewkumnerd memastikan kerusuhan baru itu, tapi menuduh pihak Kamboja sebagai pemicu kembali kekerasan tersebut dengan melepaskan "kembang api" dan menembak.

"Thailand membalas. Pertempuran itu masih berlangsung. Tidak ada laporan tentang korban," katanya.

Seorang tentara Kamboja, yang tidak ingin disebutkan namanya, menyatakan mortir, roket dan senjata berat digunakan dalam bakutempak itu.

Kerusuhan terbaru itu, yang meletus pada sekitar pukul 18.35 waktu setempat (18.35 WIB), terjadi sehari setelah negara bertetangga tersebut menyetujui gencatan senjata untuk mengahiri pertempuran sengit di sekitar candi abad ke-11 Preah Vihear.

Kedua pihak mendaku tanah di sekitar kuil itu dan pengamat menyatakan sengketa tersebut digunakan sebagai titik simpul untuk membangkitkan rasa kebangsaan di Thailand dan Kamboja.

Bentrok ketiga senjata berat dalam beberapa hari terjadi, meski kepastian dari Thailand dan Kamboja pada Minggu bahwa mereka bekerja untuk meredakan ketegangan perbatasan tersebut.

Perdana Menteri Thailand Abhisit Vejjajiva, yang menghadapi tekanan dari kelompok kuat "Baju Kuning" di dalam negerinya atas penanganan masalah itu, mengatakan, "Tentara dan kementerian luar negeri kedua negara tersebut bekerja untuk memulihkan keadaan."

Komandan tentara Kamboja ditempatkan di Preah Vihear menyatakan tentara Thailand dan Kamboja mengadakan pembicaraan untuk memperbaiki keadaan tersebut, meskipun ia mengingatkan bahwa suasan tetap "tegang" dan kedua pihak tersebut "masih siaga".

Hubungan di antara kedua bertetangga itu tegang sejak candi diberi kedudukan Warisan Dunia Perserikatan Bangsa-Bangsa pada Juli 2008.

Pengadilan Dunia pada 1962 memutuskan Preah Vihear milik Kamboja, walaupun pintu masuk utamanya terletak di Thailand dan wilayah 4,6 kilometer persegi di sekitar candi itu didaku kedua pihak tersebut.

Kamboja menyatakan dua tentara dan satu warganya tewas dalam pertempuran pada Jumat, sementara Thailand menyatakan warga desa di sisi perbatasannya juga meninggal.

Satu tentara Thailand tewas dalam kelanjutan bakutembak singkat pada Sabtu pagi.

Media di kedua negara itu menyatakan jumlah korban bisa jauh lebih tinggi, namun, koran Thailand menyatakan 64 tentara Kamboja tewas.

Di seberang perbatasan, dilaporkan bahwa sedikit-dikitnya 30 tentara Thailand tewas.

Ribuan orang mengungsi saat desa dikosongkan di kedua sisi perbatasan itu saat pertempuran meletus.

Tapi Somsak Suwansujarit, gubernur propinsi perbatasan Thailand Sri Sa Ket, menyatakan warga sudah mulai kembali ke rumah mereka, dengan berpikir bahwa keadaan membaik.

Ketegangan berkobar dalam beberapa pekan belakangan setelah penangkapan tujuh warga negara Thailand akibat masuk secara gelap ke Kamboja pada ahir Desember.

Dua dari mereka dijatuhi hukuman penjara panjang untuk mata-mata, dalam perkara menyebabkan kemarahan di kalangan nasionalis Baju Kuning.

Sekitar 5.000 Baju Kuning, kekuatan yang harus diperhitungkan di politik bersandi warna Thailand, berkumpul di luar gedung pemerintah di Bangkok pada Sabtu, menyeru undur diri perdana menteri atas masalah itu.

Perhimpunan Bangsa Asia Tenggara (ASEAN) diminta menengahi dan sumber di kementerian luar negeri Kamboja menyatakan ketua ASEAN dan Menteri Luar Negeri Indonesia Marty Natalegawa akan mengunjungi negara itu pada Senin.

Tapi, pokok pertemuan itu tidak diketahui dan Abhisit pada Minggu menolak campur tangan ASEAN dan menyataknnya "tidak perlu". (B002/Z002/K004)

Editor: Kunto Wibisono
COPYRIGHT © ANTARA 2011