Jakarta (ANTARA News) - Pemerintah berminat untuk mengembangkan bibit transgenik karena dapat meningkatkan produktivitas pangan hingga 30-40 persen dan sebagai upaya dalam menjaga ketahanan pangan.

"Kenapa kita tidak memikirkan soal GMO (Genetically Modified Organism), bibit transgenik. Karena bisa meningkatkan produktivitas hingga 30 sampai 40 persen," ujar Wakil Menteri Pertanian Bayu Krishnamurti di Jakarta, Rabu.

Ia mengatakan, pengembangan bibit transgenik memiliki risiko, namun hal tersebut harus dipertimbangkan sebagai solusi jangka menengah dalam menjaga ketersediaan bahan pangan.

"Memang ada risikonya dari dulu kita lihat transgenik itu sebagai suatu risiko. Kita hati-hati, keanekaragaman hayati kita jaga. Tapi harus kita betul-betul putuskan bersama. Apakah kita membiarkan harganya naik seperti ini atau kita tingkatkan produktivitas kita," ujarnya.

Menurut dia, pemenuhan bibit transgenik dapat meningkatkan produktifitas hingga 1,2 - 1,3 juta ton pangan terutama beras, namun dibutuhkan sosialisasi menyeluruh terhadap penggunaan bibit ini termasuk dampak positif dan negatif.

"Ini solusi jangka menengah, bukan pendek. Potensialnya 30 sampai 40 persen dari sekarang. Kalau dari 1 juta bisa sampai 1,5 (juta) lah. Saya optimis. Tapi ini bukan untuk sekarang. Karena transgenik ini sifatnya teknologi, kita ajari petaninya dulu, kita yakinkan mereka untuk pakai," ujar Bayu.

Sebagai informasi, tanaman transgenik biasanya dimodifikasi atau disisipkan gen tertentu dengan tujuan untuk memperbaiki sifat-sifat yang diinginkan seperti meningkatkan resistensi terhadap pestisida, hama, kekeringan.

Tanaman yang dihasilkan melalui teknik rekayasa genetika ini dapat diproduksi dalam waktu yang singkat, sehingga produktivitas menjadi lebih baik.
(S034)

Editor: Bambang
COPYRIGHT © ANTARA 2011