Kairo (ANTARA News) - Angin segar berhembus di antara puluhan ribu demonstran antipemerintah di Lapangan  Tahrir, Kairo, pada hari Kamis, ketika mereka mendengar kabar bahwa Presiden Hosni Mubarak akan mundur malam ini.

Suasana seperti pasar malam di ikon pusat pergolakan nasional selama dua pekan terakhir itu. Bahkan, makin hingar bingar ketika kabar yang beredar menyebutkan bahwa militer akan mengambil alih situasi.

"Rakyat telah menjatuhkan rezim! Rakyat dan tentara akan menyelesaikan perjalanannya," suara teriakan terdengar dari kerumunan massa itu.

Fotografer AFP yang berada di sebuah balkon menghadap ke lapangan itu, memperkirakan sedikit-dikitnya 200.000 orang telah berkumpul untuk menantikan kabar pengunduran diri tersebut, dan jalanan menuju wilayah itu juga dipenuhi dengan kibaran bendera yang semarak.

Penjagaan militer yang ditempatkan di sekeliling bundaran untuk mengamankan aksi, dengan didukung satu skadron tank, tetap berada di tempatnya ketika para demonstran yang berbahagia menari dan wanita berteriak dengan sukacita.

"Saya berada di sini karena saya tidak ingin melewatkan momentum ini, saat-saat kepergiannya," kata Alia Mossalam (29).
k
"Saya tidak ingin melewatkan keberadaan di sini, kami telah melakukan banyak hal untuk mendapatkan hal seperti ini. Saya sangat bersemangat, saya rasa inilah momen perubahan bagi kami," katanya.

Ia menambahkan bahwa ia tidak mau terlalu senang sebelum Mubarak menyatakan pengunduran dirinya, karena para aktivis mengingatkan massa dengan pengeras suara bahwa jatuhnya sang pemimpin hanya merupakan tuntutan reformasi pertama mereka.

"Kami akan tetap berada di sini untuk memastikan pemerintahan berikutnya ingat bahwa mereka dipantau," tegasnya.

Sebuah jembatan yang berada di atas Sungai Nil dipadati kendaraan yang mendukung kerumunan massa di lapangan itu. Massa melambaikan bendera serta membunyikan klakson.

Mubarak akan memberikan pidato kenegaraannya di televisi pemerintah pada Kamis malam. Perdana Menteri Ahmed Shafiq mengatakan belum ada keputusan akhir yang dibuat dan para jenderal masih melaporkan keberadaannya kepada Mubarak sebagai komandan tertinggi mereka.

Aktivis cyber prodemokrasi Wael Ghonim,  pahlawan pergerakan anti rezim yang dipenjarakan dan ditahan dengan mata tertutup selama 12 hari atas upayanya mengumpulkan massa dalam protes pertama bulan lalu, awalnya mengingatkan para pengikutnya untuk berhati-hati.

Namun kemudian kegembiraan juga terlihat padanya ketika ia menuliskan "Revolusi 2.0 : Misi Tercapai!" dalam laman Twitternya.
(KR-PPT/M014)

Editor: Aditia Maruli Radja
COPYRIGHT © ANTARA 2011