Jakarta (ANTARA News) - Pengamat Ekonomi Faisal Basri mengatakan tren ekonomi nasional akan bergerak naik dan baru memulai periode ekspansi, seiring dengan meningkatnya kepercayaan asing pada prospek investasi di Indonesia.

"Ekonomi kita sekitar 99 persen akan naik terus, setidaknya sampai tahun 2012," kata dosen pasca-sarjana Universitas Indonesia itu pada diskusi industri manufaktur berbasis elektronika dan telematika, di Jakarta, Jumat.

Oleh karena itu, ia meminta kalangan dunia usaha khususnya di sektor elektronik dan telematika, optimis dan melakukan ekspansi agar bisa mendapat keuntungan dari membaiknya ekonomi nasional.

"Jangan sampai salah prediksi, karena tren ekonomi Indonesia ekspansif," kata dia. Apalagi, pada tahun ini semua lembaga asing maupun dalam negeri memprediksi ekonomi Indonesia tumbuh lebih dari 6,1 persen yang dicapai pada tahun lalu.

Ia menyebut Lembaga Keuangan Internasional (IMF) memprediksi pertumbuhan ekonomi Indonesia pada 2011 sebesar 6,2 persen, Bank Pembangunan Asia (ADB) memprediksi sebesar 6,3 persen, Serta Bank Danamon dan Danareksa lebih optimis yaitu 6,4 persen.

Diakuinya pertumbuhan ekonomi nasional lebih ditopang pada konsumsi sektor swasta dibandingkan pemerintah. Ia mencontohkan pada 2010, kontribusi pemerintah terhadap GDP hanya sekitar 0,3 persen, sedangkan konsumsi swasta mencapai 4,6 persen, ditambah kontribusi investasi sebesar 8,5 persen.

Faisal menyebut industri elektronik dan telematika menjadi salah satu industri yang memberi kontribusi besar dalam pertumbuhan industri nasional pada 2010 yang mencapai 5,1 persen.

"Industri elektronika yang berada dalam cabang industri alat angkut, permesinan, dan peralatan memberi kontribusi yang besar, setelah otomotif," katanya.

Berdasarkan data BPS, cabang industri alat angkut, permesinan, dan peralatan memiliki pertumbuhan tertinggi yaitu 10,4 persen, dibandingkan cabang industri lainnya seperti industri pupuk, kimia, dan barang dari karet (4,7 persen), serta industri makanan, minuman, dan tembakau (2,7 persen).

"Yang sangat disayangkan justru industri yang berbasis sumber daya alam tidak tumbuh signifikan. Pertumbuhan industri Indonesia justru ditopang industri yang minim kaitannya dengan sumber daya alam yaitu otomotif dan elektronik," ujar Faisal.

Sementara itu, Ketua Umum Federasi Gabungan Elektronika (GABEL) Rachmat Gobel mengatakan untuk mendorong investasi sektor elektronika, pemerintah perlu menghilangkan disparitas harga di dalam negeri, melalui penghapusan Pajak Penjualan Barang Mewah (PPnBM) barang elektronik.

"Semakin rendah pajaknya, maka semakin besar dampaknya bagi pemerintah, berupa meningkatnya permintaan pasar dan masuknya investasi," ujarnya.

Ditambahkan Ketua GABEL Ali Subroto, selama ini akibat penerapan PPnBM yang masih tinggi, maka banyak barang elektronik illegal yang masuk ke Indonesia tanpa membayar berbagai pajak.

Ia memperkirakan barang elektronik illegal yang masuk ke Indonesia mencapai 30 persen dari total pasar elektronik nasional.

"Namun dengan penerapan SNI berbagai produk elektronik, banyak produsen juga kini mulai membangun pabrik di Indonesia, terutama untuk barang elektronik yang besar seperti kulkas dan mesin cuci," kata Ali. (R016/K004)

Editor: Kunto Wibisono
COPYRIGHT © ANTARA 2011