Jakarta (ANTARA News) – Langkah Partai Keadilan Sejahtera (PKS) bertemu Sri Sultan Hamengku Buwono X sebelum Mukernas PKS yang akan digelar di Yogyakarta, 24-27 Februari 2011, dinilai sebagai langkah positif.

Sebab, selain sebagai bentuk "kulonuwon" kepada Sri Sultan, langkah PKS ini bisa menggambarkan bahwa partai yang sebelumnya dianggap eksklusif ini telah berubah menjadi partai inklusif dan terbuka.

Dalam keterangan tertulisnya  di Jakarta, Minggu, bahwa pengamat politik Sukardi Rinakit mengatakan apa yang dilakukan PKS tetap dalam kalkulasi politik rasional. Karena, perhelatan Mukernas PKS kali ini dilaksanakan di Yogyakarta di mana Sri Sultan HB X sebagai gubernur Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) sekaligus ’pemimpin’ Jawa.

"Apa yang dilakukan Sekjen PKS Anis Matta dengan menemui Sri Sultan masih sebatas 'kulonuwon' karena wilayahnya akan dipakai oleh PKS untuk Mukernas. Dan saya belum melihat di balik ini sudah ada motivasi politik menuju 2014," kata Sukardi.

Namun, lanjut Sukardi, langkah tersebut berefek positif karena mampu menggambarkan partai yang kerap dianggap eksklusif ini telah berubah menjadi partai inklusif dan terbuka, sesuai amanat Munas PKS.

"Memang semestinya harus lebih terbuka. Karena jika masih mempertahankan sebagai partai inklusif yang hanya mengandalkan basis tradisional, perolehan suara PKS tidak akan berubah naik secara signifikan. Maka, sudah saatnya membuka diri untuk meraih peluang menjaring masyarakat lebih luas lagi," ujar Sukardi.

Di sisi lain, menurut Sukardi, komunikasi politik PKS kepada sejumlah tokoh seperti yang telah dilakukan Anis Matta dengan Sri Sultan, ke depan harus lebih ditingkatkan. Hal ini untuk membuktikan bahwa paradigma PKS sudah terbuka sehingga berpeluang meraih dukungan dari sejumlah tokoh yang memiliki basis massa yang kuat.

"Untuk itu, PKS  harus membuka ruang komunikasi dengan berbagai pihak, dengan para tokoh, siapapun harus didekati. Dengan begitu, bisa belajar kebijakan dari tokoh siapapun dan manapun. Dan yang tak kalah penting, langkah berani PKS jika mendekati sejumlah tokoh, akan menjelaskan kepada masyarakat dan pemerintah sekarang bahwa partai inipun mampu memberikan kontribusi meskipun harus dengan memulai sesuatu yang baru," katanya.  

Sementara itu, Pengamat Politik dari Lembaga Survei Indonesia (LSI) Burhanuddin Muhtadi mengatakan posisi PKS masih dilematis. Meskipun hasil Munas PKS mengamanatkan partai ini menjadi partai terbuka, namun faktanya hal itu tidak mudah.

"Jika tetap tidak membuka diri dengan hanya mengandalkan basis tradisonal, bisa dipastikan PKS tidak akan berkembang signifikan. Tapi kalau harus menjadi partai terbuka, akan banyak kader militan yang terpecah," ulas Burhanuddin.

Pilihan tersulit lainnya, lanjut Burhanuddin, apakah PKS akan mengusung calon presiden nanti dari internal partai atau di luar partai. Ini juga pilihan yang tidak mudah bagi PKS.

"Jika diambil dari luar partai, PKS dianggap belum mampu melahirkan kader terbaiknya untuk menjadi pemimpin nasional. Tapi jika dari internal partai, faksionalisasi internal bisa semakin menguat. Dan ini harus diperhitungkan secara matang. Tapi, terlepas dari itu semua, PKS harus berani mengambil pilihan. Karena saat ini menurut saya karakter PKS masih semi terbuka,"  demikian Burhanuddin. (*)
(R009/K004)         

Pewarta: Ruslan Burhani
Editor: Ruslan Burhani
COPYRIGHT © ANTARA 2011