Astrid yang mengenakan setelan pakaian olahraga warna hitam lengkap dengan kacamata hitam, menyelesaikan Upacara Penghormatan Pemenang yang berlangsung di Teluk Yos Sudarso, Jayapura, Kamis, sambil menggenggam erat bingkai foto ukuran 4R warna perak di tangan kiri.
"Itu foto mama. Almarhum mama," kata Astrid sambil membuka kacamata hitamnya.
"Dari semenjak lolos PON, dan pas sementara berproses untuk latihan persiapan PON, orang pertama yang keluarkan kata imannya itu mama," dia melanjutkan, terlihat genangan air di sudut matanya.
Baca juga: Faradihila akan gunakan bonus PON Papua untuk bangun masjid
Air mata Astrid akhirnya tumpah saat mengenang perjuangannya berlatih. "Saya pulang ngeluh capek mama bilang "harus semangat, juara kan?" Jadi, orang pertama yang bilang tentang imannya bahwa pasti juara di PON itu mama," ujar dia.
Sang ibu berpulang pada Juli tahun lalu saat Astrid berjuang untuk PON, yang akhirnya harus ditunda selama satu tahun karena pandemi.
Meski tidak dapat membawa pulang emas, atlet berusia 33 tahun itu tetap bersyukur karena, menurut dia, semua hasil yang sudah dicapai adalah jawaban doa. "Karena segala sesuatu yang terjadi sudah dituliskan tuhan, sudah jadi kehendak tuhan, jadi tetap disyukuri," kata Astrid.
Selain berbekal semangat dari almarhumah ibunda, dukungan suami dan anak juga menjadi kunci keberhasilan Astrid. Dia memulai latihan intensif sejak tahun lalu, kemudian terjeda karena COVID-19, dan kembali memulai latihan saat mendapat panggilan program pelatihan daerah (Pelatda) sekitar awal April tahun ini.
Baca juga: Sejarah singkat teluk Yos Sudarso, arena selam laut PON Papua
"Karena prosesnya begitu panjang, suami bela-belain ngurus anak, karena saya harus fokus latihan, bahkan ini berangkat ke Papua satu bulan lebih, suami yang bersedia ngurusin anak," ujar Astrid.
"Sampai di sini 7 September latihan di sini. Lebih dari sebulan enggak ketemu anak tidak terbayang rasa rindunya, homesick sekali. Sama suami sama anak tiap hari pasti berkabar," dia melanjutkan.
Astrid sempat mengikuti PON Riau 2012 sebagai atlet taekwondo, namun dia harus rela pulang dengan tangan hampa. Pada gelaran selanjutnya pesta olahraga multievent tertinggi di Indonesia itu, PON Jawa Barat 2016, Astrid yang telah mengantongi tiket mengikuti pertandingan harus mundur karena hamil.
"Nah, sekarang lolos lagi. Ini PON perdana untuk selam laut. Taekwondo enggak dapat medali, untuk PON ini medali pertama," kata Astrid.
Sementara itu, cabang olahraga selam laut berakhir hari ini setelah hari berlangsung selama empat hari sejak Senin (11/10) dengan mempertandingkan total delapan nomor.
Baca juga: Papua kawinkan emas selam laut orientasi bawah air
Pewarta: Arindra Meodia
Editor: Jafar M Sidik
Copyright © ANTARA 2021