Manado (ANTARA News) - Nadlatul Ulama sangat menghargai dan menghormati pluralisme, sehingga berbagai persoalan terjadi saat ini di tengah bangsa Indonesia, harus kita selesaikan secara bersama.

"NU sangat menghormati pluralisme yang saat ini tengah diuji dengan berbagai persoalan terjadi dimana-mana, secara nasional bangsa Indonesia tengah diperhadapkan dengan berbagai persoalan terutama kekerasan dan penistaan agama yang berujung pada perusakan sejumah rumah ibadah dan fasilitas Negara oleh oknum-oknum tidak bertanggung jawab," kata Ketua NU Sulawesi Utara Holil Domu, pada Hari Ulang Tahun (Harlah) ke 58 NU, di Manado, Senin.

Karenanya NU merupakan organisasi Islam terbesar di Indonesia, sangat menentang kekerasan dan perbuatan tidak manusiawi, dan akan terus mengembangkan nilai-nilai Islami yang hakiki sebagai "Rahmatan lil alamin".

Menurutnya, perbedaan merupakan hal yang sangat indah dan harus dihormati dan bukan dijadikan persoalan, karena keberagaman dalam Kebinekaan Tunggal Ika harus dijaga bersama.

Selanjutnya, dalam rangka Harla NU itu, kader NU harus berpegang teguh pada Khittah 1926 sebagai garis perjuangan awal berdirinya organisasi politik.

Meskipun dalam perjalanan NU pernah menjadi salah satu kekuatan organisasi politik terbesar di Indonesia dalam Pemilihan Umum (Pemilu) sejak tahun 1950-an hingga 1970-an.

"NU sebagai bagian komponen bangsa, tidak menginginkan warganya alergi terhadap politik, apalagi buta terhadap peta perpolitikan di tanah air," ujarnya.

Dia mengatakan, politik bagi NU adalah sebagai sarana membangun bangsa ke arah lebih baik, kehidupan masayarakat menjadi aman dan terlindungi secara sosial maupun politik.

Sehingga ke depan apabila ada warga Nahdliyyin yang diberikan kesempatan duduk di lembaga politik, maka harus mengimplementasikan nilai-nilai perjuangan NU yang betul-betul membela hak-hak dan kepentingan rakyat, mengangkat derajat kaum marjinal serta prinsip pluralisme. (H013/A034/K004)

Editor: Kunto Wibisono
COPYRIGHT © ANTARA 2011