Jakarta (ANTARA News) - Pemerintah Indonesia masih sangat hati-hati dalam mengeksplorasi potensi energi tenaga nuklir karena masyarakat masih mengkhawatirkan segi keamanannya.

"Indonesia sudah melakukan eksplorasi potensi, tetapi masih sangat hati-hati karena saat ini kekhawatiran masyarakat terletak pada masalah keamanan," kata Direktur Jenderal Amerika Eropa Kementerian Luar Negeri, Retno Marsudi kepada ANTARA dalam acara Pertemuan Komunitas Diplomatik di Jakarta, Rabu.

Ia mengatakan masalah keamanan sebenarnya tidak memengaruhi kebijakan nasional mengenai tenaga nuklir tetapi hal pertama yang harus dilakukan adalah meyakinkan masyarakat bahwa teknologi nuklir itu aman.

"Sementara ini, yang ingin dikembangkan oleh Indonesia ialah tenaga panas bumi," kata Retno dalam acara yang dihadiri staf ekonomi dan atase perdagangan kedutaan besar asing kawasan Amerika dan Eropa.

Indonesia memiliki potensi tenaga panas bumi terbesar di dunia, yaitu sekitar 40 persen panas bumi dunia. Namun hanya kurang dari lima persen yang baru diperdayakan.

Dari pantauan ANTARA, ada dua negara di kawasan Asia Tenggara yang berencana membangun pembangkit listrik tenaga nuklir (PLTN), yaitu Vietnam pada 2014 dengan menggunakan teknologi Rusia.

Negara kedua adalah Thailand yang sedang mencari cara mengembangkan tenaga nuklir untuk mengurangi ketergantungan pada gas alam.

Negara ini berencana membangun empat PLTN masing-masing 1.000 MW dengan total biaya sekitar delapan miliar dolar AS. Dua dari instalasi tersebut diharapkan berproduksi pada 2020 dan dua lainnya pada 2021.(*)

KR-IFB/A041

Editor: Jafar M Sidik
COPYRIGHT © ANTARA 2011