Surabaya (ANTARA News) - Ketua Umum Perhimpunan Ahli Mikrobiologi Klinik Indonesia (PAMKI) Prof Dr dr Sam Soeharto Sp.MK menegaskan bahwa bakteri yang disebut-sebut terkandung dalam sejumlah produk susu formula, termasuk bakteri Enterobacter Sakazakii tidak berbahaya bagi manusia.

"Ribut-ribut soal bakteri Enterobacter Sakazakii itu hanya salah paham dari masyarakat, karena bakteri itu tidak berbahaya, sebab di dalam usus manusia sendiri juga banyak mengandung bakteri," katanya kepada ANTARA di Surabaya, Jumat.

Ia mengemukakan hal itu menanggapi hasil penelitian IPB terkait bakteri Enetrobacter Sakazakii pada susu formula yang menjadi polemik di kalangan masyarakat dan DPR RI, bahkan MA menyampaikan amar putusan untuk meminta Menkes mengumumkan hasil penelitian IPB itu.

Menurut Sam Soeharto yang ahli mikrobiologi di Universitas Airlangga (Unair) Surabaya itu, susu pun tidak ada ketentuan harus steril dari bakteri, karena bakteri dalam susu justru diperbolehkan dalam jumlah tertentu.

"Selama ini, bakteri Enterobacter Sakazakii pun tidak pernah ditemukan ada masalah dalam tubuh manusia," kata Ketua Harian Senat Akademik Universitas (SAU) Unair Surabaya itu.

Tentang kasus bayi prematur yang dipublikasikan lewat jejaring Internet yang mengalami infeksi dengan bakteri Enterobacter Sakazakii, ia menjelaskan, bayi prematur itu memang sangat rentan dengan apa pun.

"Kalau bayi prematur memang sangat rentan dan perlu penanganan khusus. Bukan karena bakteri Enterobacter Sakazakii. Bakteri memang ada yang ganas seperti bakteri cholera, tapi Enterobacter Sakazakii itu tidak apa-apa," katanya.

Ditanya tentang perlu-tidaknya IPB mengumumkan hasil penelitiannya kepada masyarakat, ia menilai hal itu tidak perlu karena jika hal itu dilakukan justru akan menimbulkan preseden dalam etika penelitian.

"Hasil penelitian itu akan percuma dan justru bermasalah bila disampaikan kepada masyarakat umum yang tidak paham soal bakteri, sehingga pengumuman itu akan justru meresahkan masyarakat," katanya.

Namun, katanya, hal mendasar yang tidak ada kaitannya dengan masyarakat paham atau tidak tentang bakteri adalah etika penelitian yang harus dipegang teguh oleh seorang peneliti.

"Karena itu, saya kira peneliti IPB harus bertahan pada sikap untuk tidak mengumumkan hasil penelitian itu, meski ada tekanan dari pihak mana pun. Bagaimana pun etika penelitian itu lebih patut dipertahankan," tegasnya.

Dalam kaitan itu, ia menambahkan PAMKI berencana untuk mengirimkan surat resmi kepada pemerintah (Menkes), IPB, dan DPR RI guna meluruskan pemahaman yang keliru tentang bakteri Enterobacter Sakazakii.

(E011/S019/S026)

Editor: Suryanto
COPYRIGHT © ANTARA 2011