Bantaeng (ANTARA News) - Pemerintah daerah Kabupaten Bantaeng, Sulawesi Selatan, menjadikan Kampung Bokara sebagai pusat penangkaran talas.

Kawasan yang berada di atas ketinggian 300 meter di atas permukaan laut tersebut dinilai cocok sebagai tempat penangkaran.

Bupati Bantaeng HM Nurdin Abdullah, pada hari Senin meninjau kampung tersebut bersama jajarannya dan anggota DPRD.

Menurut Bupati, penangkaran bibit sangat diperlukan karena permintaan bibit yang sangat tinggi. Melalui penangkaran yang akan dilengkapi  laboratorium kultur jaringan,  diharapkan dapat mempercepat kebutuhan bibit tanaman berbasis ekspor tersebut.

Menurut Mokhtar Nawir, hingga kini lahan talas yang tersebar di Bantaeng sudah mencapai 100-an hektare lebih. Jika semua berproduksi, hasilnya diharapkan untuk dibibitkan kembali untuk memenuhi kebutuhan bibit yang sangat tinggi.

Begitu tingginya permintaan, sebagian produksi petani kini dibeli pedagang dari luar Bantaeng dengan harga yang lebih baik. "Petani talas kini menjual produksinya Rp1.000 hingga Rp 1.500/biji," terangnya.

Menurut Bupati, dengan kondisi iklim yang tidak menentu dan berakibat pada produksi sejumlah komoditas, termasuk padi, inilah saatnya kita menyiasati kondisi lahan yang ada.

Ia mengingatkan agar tumpang sari dilakukan dengan kacang-kacangan, cabai dan komoditi lainnya. "Jangan melakukan tumpang sari dengan komoditi jagung karena jagung termasuk tanaman yang rakus hara," pintanya.

Talas juga diyakini cocok untuk penderita diabetes dan kanker karena  talas jenis safira juga mengandung kolagen yang sangat tinggi.

Dari sisi pemasarannya, produksi talas petani akan diekspor ke Jepang melalui PT Global Seafood International Indonesia (GSII). Perusahaan ini menguasai 60 persen pangsa pasar talas dunia.
(KR-AAT/F003)

Editor: Aditia Maruli Radja
COPYRIGHT © ANTARA 2011