Riyadh, Arab Saudi (ANTARA News) - Raja Arab Saudi Abdullah bergegas pulang Rabu dari Maroko dimana dia sedang melewatkan masa penyembuhan setelah operasi di Amerika Serikat, pulang ke Timur Tengah yang dilanda pemberontakan anti-rejim.

Jalanan dan bangunan di ibukota, Riyadh, dihiasi  bendera nasional dan spanduk besar menyambut kedatangn raja berusia 86 tahun kembali ke kerajaan kaya minyak, dimana tetangganya Bahrain dan Yaman sedang menyaksikan pemberontakan rakyat, demikian AFP melaporkan.

Halaman depan semua surat kabar Saudi Rabu didedikasikan untuk berita kepulangan Raja Abdullah, ketika editorial menghubungkan momentumnya dengan "kekacauan" yang melanda dunia Arab.

"Raja merupakan satu-satunya pilar stabilitas di kawasan tersebut sekarang," bunyi editorial harian Arab News dalam bahasa Inggris.

"Dia merupakan penentu kemajuan yang tertib ... di dunia Arab secara keseluruhan," tambahnya.

"Dia adalah bagian penting, seseorang yang dianggap orang lain di seluruh kawasan itu agar memimpin dan menuntun mereka melalui masa yang memusingkan dan mengkhawatirkan serta berbahaya."

Harian terkemuka berbahasa Arab Okaz dalam bagiannya memuji Raja Abdullah sebagai "oasis perdamaian" dalam kekacauan Timur Tengah.

"Raja kembali hari ini pada masa ketika dunia Arab sedang mengalami perkembangan menakutkan terhadap apa yang telah dia tinggalkan tidak hanya stabil ... melainkan sebuah oasis kedamaian dan keamanan penuh dengan kasih dan kesetiaan," tulis editorial harian tersebut.

Orang kuat Mesir Hosni Mubarak -- sekutu dekat  raja Saudi -- dipaksa lengser melalui tekanan rakyat masif pada 11 Februari selagi Raja Abdullah pergi.

Orang kuat Tunisia Zine El Abidine Ben Ali juga telah melarikan diri ke kota Laut Merah Arab Saudi Jeddah pada pertengahan Januari setelah protes menumbangkan rejimnya.

Para penguasa Tunisia telah secara formal meminta Arab Saudi untuk mengekstradisi Ben Ali dan istrinya Leila Trabelsi.

Ketegangan hari ini juga mencengkeram Yaman dan anggota Liga Arab Libya dan Bahrain, tempat keberadaan komunitas Syiah yang besar yang menuntut reformasi di negara yang diperintah Sunni.

Raja Bahrain Hamad bin Issa al-Khalifa dijadualkan akan tiba di Riyadh Rabu.

Bahrain bertetanggaan dengan Provinsi Bagian Timur kaya minyak Saudi, tempat tinggal kebanyakan dari sekitar dua juta Syiah Saudi.

Pemberontakan di dunia Arab telah mendorong harga minyak naik disebabkan kekhawatiran gangguan suplai, namun Arab Saudi, pengekspor minyak mentah terbesar dunia mengatakan pihaknya mempunyai kapasitas untuk memenuhi kekurangan berapapun.

Raja Abdullah terbang ke New York pada 22 November dan dua hari setelahnya menjalani operasi komplikasi hernia dan haematoma yang melemahkan.

Usia lanjut raja ditambah dengan problem kesehatannya telah menimbulkan kekhawatiran terhadap masa depan Arab Saudi, yang telah diperintah oleh keluarga Al-Saud sejak 1932.

Saudara tiri Abdullah, Putra Mahkota Sultan bin Abdul Aziz, yang menjabat menteri pertahanan sejak 1961, berusia 83 tahun dan diyakini mengidap kanker.

Jarang kelihatan di negaranya selama dua tahun sebelumnya, Sultan sendiri terbang kembali dari Maroko pada 21 November untuk mengambilalih kendali jalannya pemerintahan menggantikan Abdullah.

Menteri Dalam Negeri Pangeran Nayef, 77, di urutan ketiga dari tahta Saudi ditunjuk sebagai wakil kedua perdana menteri pada Maret 2009.

Raja Arab Saudi diperkirakan akan mengadakan reshuffle kabinet sesudah masa jabatan sejumlah menteri berakhir pada 19 Februari dan tidak diperpanjang. (ANT/K004)

Pewarta: Kunto Wibisono
Editor: Kunto Wibisono
COPYRIGHT © ANTARA 2011