Bojonegoro (ANTARA News) - Polisi menemukan indikasi bahwa tabrakan kereta api Rajawali dengan kereta barang Antaboga di Kapas, Bojonegoro, Jatim, Jumat lalu (23/1), salah satu penyebabnya adalah karena masinis Rajawali tidak mengindahkan sinyal.

Kapolres Bojonegoro AKBP Agus S Hidayat, Minggu, mengatakan, polisi masih meminta keterangan sejumlah saksi untuk memastikan penyebab kecelakaan dan belum menetapkan seorang pun tersangka.

Polisi masih perlu memastikan mengenai sebab kecelakaan sebelum menetapkan tersangka. Beberapa orang yang dimintai keterangan antara lain Kepala stasiun KA Kapas, Jumain, dan stafnya, Fajar, serta Petugas Pemberangkatan KA di stasiun Sumberrejo, Anang.

Termasuk juga memintai keterangan tiga warga di sekitar tempat kejadian yang melihat dan mengetahui peristiwa tabrakan yang menyebabkan dua awak KA Antabogo tewas dan puluhan penumpang KA Rajawali luka.

"Setelah semua pemeriksaan saksi rampung, polisi sudah bisa menetapkan tersangka,"katanya.

Ditanya kemungkinan masinis KA Rajawali, Agus, menjadi tersangka, Agus S Hidayat menyatakan belum sampai tahap itu karena pemeriksaan terhadap saksi-saksi masih berlangsung.

"Tunggu dua atau tiga hari, kami sudah bisa menetapkan tersangka yang mengakibatkan terjadinya kecelakaan KA itu,"katanya menegaskan.

Sementara itu, seorang warga Desa Kapas, Kecamatan Kapas, Kentinah (37) mengaku melihat tanda sinyal merah di tepi rel, namun KA Rajawali yang dimasinisi Didik Mardiono (39) warga Semarang, Jawa Tengah, melaju kencang dari arah timur menuju stasiun KA Kapas.

Ketika KA Rajawali tengah melaju di jalur satu, dari arah barat KA Antabogo menggunakan jalur yang sama sehingga terjadilah tabrakan.

Para penumpang KA Rajawali yang menjalani rawat inap di RSUD Sosodoro, Bojonegoro sebagian besar sudah kembali ke rumahnya, dan hanya tinggal dua korban yang masih menjalani rawat inap.

Joko Budi Santoso (50), warga Blora, Jawa Tengah, masih menjalani perawatan karena kaki kirinya patah, sedangkan Yono (39) juga warga Randublatung, Blora, Jawa Tengah juga kakinya patah.

"Korban yang dirawat di RSUD ada lima yang kakinya mengalami patah tulang," kata Humas RSUD Sosodoro Djatikoesoemo, Thomas Djaja.

Menurut Thomas, para korban yang dirawat di RSUD Sosodoro sebelumnya berjumlah 22 orang, termasuk masinis KA Rajawali, Didik Mardiono.

"Malam itu kami merujuk seorang korban Heru asal Semarang ke RS Dr Soetomo Surabaya, karena kritis mengalami pendarahan otak,"katanya menjelaskan.
(*)

Editor: Suryanto
COPYRIGHT © ANTARA 2009