Jenewa (ANTARA News) - Harga minyak yang tinggi akan mengurangi keuntungan industri penerbangan hampir setengahnya tahun ini menjadi 8,6 miliar dolar Amerika Serikat, Asosiasi Transportasi Udara Internasional mengatakan pada Rabu.

Dalam revisi proyeksi keuntungan, IATA mengatakan pihaknya menurunkan peringkat prospek industri maskapai penerbangan untuk 2011 menjadi 8,6 miliar dolar AS dari estimasi 9,1 miliar dolar AS pada Desember.

"Ini adalah penurunan laba bersih 46 persen dibandingkan dengan 16 miliar dolar AS yang diterima oleh industri pada 2010," kata IATA dalam sebuah pernyataan, seperti dilaporkan AFP.

"Perubahan terbesar dalam perkiraan kami adalah harga minyak," kata Direktur Umum IATA Giovanni Bisignani kepada wartawan.

"Laba akan dipotong setengah dibandingkan tahun lalu dan margin adalah menyedihkan 1,4 persen," katanya.

Maskapai penerbangan diperkirakan menghadapi tagihan bahan bakar untuk 166 miliar dolar AS pada pendapatan 594 miliar dolar AS, sekalipun perjalanan udara tumbuh lebih cepat dari yang diperkirakan dan kapasitas bertambah.

IATA meningkatkan perkiraan untuk pertumbuhan penumpang menjadi 5,6 persen pada 2011 dari perkiraan sebelumnya sebesar 5,4 persen.

Perkiraan baru berdasarkan harga minyak rata-rata 96 dolar AS per barel untuk minyak mentah Brent sepanjang tahun.

Kerusuhan di Timur Tengah mendorong minyak mentah Brent untuk pengiriman April di atas 115 dolar AS lagi pada Rabu, setelah naik mendekati 120 dolar AS pekan lalu.

Pejabat IATA mengatakan, pemulihan ekonomi global yang menopang sisa keuntungan industri, menghidupkan kembali perjalanan dan angkutan udara.

Namun naiknya harga minyak menambah ketidakpastian sudah melemahkan harapan pemulihan dan memiliki potensi untuk mengurangi pertumbuhan ekonomi jika mereka di terakhir atau tumbuh lebih lanjut.

Bisignani mengatakan bahwa angka-angka baru menunjukkan kerapuhan dari industri penerbangan, yang juga memiliki utang 210 miliar dolar AS, dengan tanda-tanda pembalikan begitu cepat setelah perubahan haluan pasca krisis global tahun lalu.

"Tidak ada penyangga terhadap guncangan," katanya.

"Ini merupakan sebuah industri yang tidak berkelanjutan dalam jangka panjang."

IATA menolak berkomentar mengenai prospek kenaikan biaya tambahan bahan bakar atau harga tiket untuk penumpang, mengatakan hal itu tergantung perusahaan penerbangan secara individu.

Asosiasi ini mewakili sekitar 230 operator mencatat untuk lebih dari 90 persen lalu lintas udara terjadwal secara global tetapi tidak termasuk banyak dari maskapai penerbangan besar bertarif murah. (A026/K004)

Editor: Kunto Wibisono
COPYRIGHT © ANTARA 2011