Jakarta (ANTARA News) - Menteri Keuangan Agus Martowardojo mengatakan bahwa defisit anggaran bisa bertambah hingga Rp17 triliun apabila harga minyak dunia terus melambung, namun pemerintah akan mempertahankan dibawah angka dua persen.

"Secara umum walaupun kita lakukan kajian terhadap perubahan-perubahan itu, di APBN ada tambahan Rp10 triliun sampai dengan Rp17 triliun defisit. Tapi tidak membuat APBN kita itu defisitnya lebih dari dua persen," ujarnya saat ditemui di Jakarta, Selasa.

Ia mengatakan, pemerintah terus mewaspadai fluktuasi harga minyak dan telah membuat analisis simulasi apabila harga minyak naik tinggi.

Simulasi tersebut, lanjut dia, memperhitungkan kenaikan harga minyak mulai dari 90 dolar hingga 100 dolar sebagai asumsi ICP selama setahun dalam APBN.

Sebagai hasil simulasi, pemerintah menyakini bahwa penambahan defisit masih dapat dipertahankan tidak melebihi angka dua persen.

"Yang kita lakukan simulasi, kita waspadai seandainya ICP naik menjadi 90 dolar, sekarang itu ICP pada kisaran 86 dolar dalam 12 bulan terakhir, kalau naik sampai dengan 90 atau 95 dolar, 100 dolar, kita sudah analisa. Itu kondisi daripada kita punya fiskal, itu masih tidak akan melebihi dua persen," ujarnya.

Ia juga menjelaskan pemerintah juga telah melakukan simulasi terkait asumsi makro lain dalam APBN 2011 sebagai bagian dari antisipasi menahan gejolak harga minyak dunia.

"Kita juga lakukan perubahan-perubahan dalam simulasi misalnya tentang pertumbuhan ekonomi, kurs nilai tukar, inflasi, termasuk liftingnya, kalau seperti sekarang kan tidak bisa mencapai 970 ribu barel per hari," ujarnya.

Namun, Menkeu memastikan pemerintah belum berencana untuk melakukan penyesuaian dalam APBN Perubahan dan penyesuaian terhadap harga Bahan Bakar Minyak (BBM).

Ia mengatakan, perubahan dalam APBN akan dilakukan apabila benar-benar diperlukan dan untuk saat ini pemerintah akan tetap menjaga anggaran tetap kredibel dan realistis.

"Kalau kondisinya sudah perlu kita melakukan perubahan APBN, kita harus lakukan. Karena kita tidak mau punya APBN tidak kredibel, tidak mau APBN kita dilihat masyarakat sebagai APBN yang tidak realistis. Kita mau menjaga supaya tetap realistis," ujarnya.

Saat ini, Badan Anggaran DPR dan pemerintah masih menetapkan defisit anggaran tahun 2011 sebesar 1,8 persen dari PDB atau sebesar Rp124,66 triliun.

Sementara itu asumsi dasar yang disepakati dalam APBN 2011 untuk pertumbuhan ekonomi sebesar 6,4 persen, laju inflasi 5,3 persen, kurs 9.250 per dolar AS, suku bunga SBI tiga bulan 6,5 persen, harga minyak 80 dolar AS per barel, lifting minyak 970 ribu barel per hari, dan PDB Rp7.019 triliun.

(ANTARA/S026)

Editor: Suryanto
COPYRIGHT © ANTARA 2011