Bogor (ANTARA) - Mahasiswa Universitas Hasanuddin berhasil menjuarai Pekan Ilmiah Mahasiswa Nasional (Pimnas) ke-34 melalui inovasinya berupa bantal pereda gangguan sendi rahang atau temporomandibular disorder (TMD).

"Alat ini mengedepankan teknologi terapi laser, merupakan basis terapi yang aman, non-invasif, tidak menyakitkan serta hanya membutuhkan waktu perawatan yang singkat," ucap Mahasiswa Kedokteran Universitas Hasanuddin Nabila Ramdani di Bogor, Ahad.

Mahasiswi asal Bogor, Jawa Barat, itu berhasil meraih penghargaan setara emas untuk kategori poster dan penghargaan setara perak untuk kategori presentasi pada malam pengumuman Pimnas ke-34 yang diselenggarakan secara virtual di Universitas Sumatera Utara, Jumat (29/10).

Penghargaan tersebut, kata dia, berhasil mengantarkan Universitas Hasanuddin berada di peringkat ketujuh pada Pimnas 2021.

Nabila merancang bantal pereda gangguan sendi rahang bersama empat temannya, yaitu Muhammad Refal Akbar, Al Ghumaisha, Ahmad Ghazalli Darwis, dan Andi Muhammad Irsyad Baso, serta didampingi pembimbing drg Nursyamsi, M.Kes.

Menurutnya, efek penggunaan bantal tersebut relatif lebih cepat jika dibandingkan penanganan gangguan sendi rahang lainnya, sehingga dapat langsung dirasakan oleh pasien setelah perawatan.

"Inovasi ini diharapkan mampu menjadi solusi bagi penderita TMD untuk mendapatkan kualitas tidur dan penanganan yang lebih baik, sehingga tidak ada lagi penurunan produktivitas di kalangan masyarakat akibat nyeri TMD dan gangguan tidur terkait TMD," kata Nabila.
Bantal pereda gangguan rahang buatan mahasiswa Universitas Hasanuddin. (ANTARA/HO-Dok Pribadi)

Bantal tersebut dirancang dengan menyempurnakan bentuk bantal ideal, menggunakan bahan ramah lingkungan dan ergonomis menyesuaikan postur tubuh manusia saat tidur.

Alat berbentuk bantal pada umumnya itu dilengkapi dengan relay timer yang akan menghentikan paparan laser jika alat telah bekerja selama 15 menit. Timer berfungsi untuk memutus otomatis listrik sesuai dosis aman penggunaan terapi laser tingkat rendah, yakni 660 nanometer.

Material bantal yang digunakan, yaitu lateks, dikarenakan dapat mengikuti bentuk tekanan kepala, leher dan bahu sehingga memberikan penyangga dan kenyamanan yang tepat.

"Bantal lateks dapat membantu mencegah panas berlebih karena struktur selulernya, lateks tetap sejuk secara alami sepanjang malam dan memberikan sirkulasi udara maksimum," ujar Nabila.

Menurutnya, produk ini juga memanfaatkan serat bambu sebagai sarung bantal yang bersifat antibakteri, hipoalergenik serta dapat secara alami menyerap kelembapan dan panas.

Berkat inovasi tersebut, para mahasiswa Unhas ini berhasil mendapatkan dana hibah Program Kreativitas Mahasiswa bidang Karsa Cipta (PKM-KC) dari Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi Republik Indonesia dan mendapat penghargaan di Pimnas ke-34. 

Pewarta: M Fikri Setiawan
Editor: Masuki M. Astro
COPYRIGHT © ANTARA 2021