Mereka akan bertanding dan berlomba dalam 12 cabang olahraga yang meliputi angkat berat, atletik, boccia, bulu tangkis, catur, judo, menembak, panahan, renang, sepak bola cerebral palsy (CP), tenis lapangan kursi roda dan tenis meja.
Tentu saja bukan semata demi medali dan prestasi karena yang juga penting yang bakal dan mesti dipraktikkan oleh ketiga ribu enam ratus atlet dan semua orang yang terlibat dalam ajang untuk saudara-saudara difabel kita ini, adalah cara bagaimana medali dan prestasi itu direngkuh.
Ketika paralimpian Sumatera Selatan Jendi Pangabean meminta 'menanglah karena layak', maka tak peduli Anda atlet difabel atau tidak, dalam olahraga, sportivitas adalah segalanya.
Sportivitas adalah semangat dan nilai di balik semua cara dalam mana segala prestasi ditorehkan atlet, difabel atau tidak.
Walau diutarakan dalam kalimat berbeda, yang disampaikan Jendi itu selaras dengan ucapan peraih medali emas Paralimpiade Sydney 2000 yang juga ketua Komite Paralimpiade Korea Jung Jin-wan, bahwa yang "luar biasa dari sudut pandang atlet adalah tetap percaya diri dan bermartabat selagi berusaha mencapai yang terbaik selagi mengatasi segala tantangan sampai pertandingan tuntas."
Seperti semua paralimpian dan atlet paralimpiade, Jendi dan Jung Jin-wan tidak butuh belas kasihan dan keistimewaan ketika memburu prestasi paling tinggi sekalipun dalam situasi serba sulit akibat pandemi COVID-19 ini, karena medali bukan segalanya.
Medali memang penting, pun demikian dengan rekor, tetapi semua itu tetap harus dilakukan cara bermartabat dengan menjunjung sportivitas, tak peduli ada pandemi atau tidak.
Itu spirit besar yang harus menjadi nilai bersama untuk siapa pun yang turut berlomba dan bertanding serta terlibat dalam Peparnas Papua 2021.
Semata medali atau seberapa banyak medali yang dikumpulkan sama artinya mendegradasi kompetisi olahraga, entah itu untuk kaum difabel atau tidak. Cara pandang seperti itu niscaya menyisihkan empati yang seharusnya melekat pada setiap ajang paralimpiade.
Jendi sudah pasti tak ingin menang karena diistimewakan, pun demikian dengan atlet-atlet lainnya yang akan berkompetisi dalam Peparnas Papua 2021. Mereka sebaliknya mendamba sportivitas, yang secara alamiah dimodali oleh empati dan erat berkaitan dengan upaya menguatkan kesetaraan.
Lain dari itu, menghadirkan kompetisi yang adil sama artinya dengan meninggikan kesetaraan yang dari masa ke masa senantiasa menjadi semangat besar di balik semua ajang paralimpiade, termasuk semestinya Papernas Papua ini, terlebih Perpanas Papua mengusung semangat "Sehati mencapai tujuan, ciptakan prestasi!"
Baca juga: Wapres bertolak ke Papua buka Peparnas XVI
Baca juga: Gubernur Papua sambut atlet disabilitas pada "malam baku dapa"
Selanjutnya : kesetaraan dan empati
Copyright © ANTARA 2021