Pada pertandingan yang berlangsung di Stadion Lukas Enembe, Jayapura, Senin, Famini mencatatkan lemparan sejauh 15,10 meter sehingga berhak menggondol medali emas.
Medali perak direbut atlet Jambi Eka Rosa Hybrida dengan lemparan sejauh 14,14 meter, sedangkan perunggu diraih Ani Yikwa sebagai wakil tuan rumah dengan lemparan 12,38 meter.
Dwi mengaku sudah tiga kali mengikuti ajang Peparnas, yakni pertama di Riau pada 2012 turun di tiga nomor sekaligus, yakni lempar cakram, lempar lembing, dan tolak peluru.
Di ajang tersebut, perempuan kelahiran Magelang, 7 oktober 1980 itu meraih medali perak di lempar cakram dan tolak peluru.
Tiga nomor kembali diikutinya pada Peparnas 2016 di Jawa Barat dengan hasil medali emas pada lempar cakram, sedangkan lempar lembing dan tolak peluru mendapatkan perunggu.
Di Peparnas Papua, Dwi masuk dalam kelas elite yang hanya diperbolehkan mengikuti satu nomor pertandingan, yakni lempar cakram yang menjadi spesialisasinya.
Setelah Peparnas, Dwi masih menunggu informasi untuk mengikuti pelatihan nasional (pelatnas) karena belum ada kepastian nomor unggulannya dipertandingkan di ASEAN Para Games X pada 2022.
"Kelasnya enggak ada, belum ada informasi. Masih nunggu," pungkas Dwi.
Pada Peparnas Papua, Jateng mengirimkan sebanyak 302 kontingen, terdiri atas 195 atlet dan sisanya adalah ofisial.
Dari 12 cabang olahraga yang dipertandingkan, kata dia, Jateng mengikuti 10 cabang olahraga, antara lain angkat berat, atletik, boccia, judo tunanetra, badminton, catur, menembak, dan tenis meja.
Ada dua cabang olahraga yang tidak diikuti, yakni sepak bola dan tenis lapangan.
Jateng menargetkan perolehan 68 medali emas pada pesta olahraga nasional bagi atlet difabel yang digelar empat tahunan tersebut.
Baca juga: Tujuh rekor para-atletik pecah di Peparnas Papua
Baca juga: Maria Goreti pecahkan rekor 1500 meter putri T54 di Peparnas Papua
Pewarta: Zuhdiar Laeis
Editor: Dadan Ramdani
Copyright © ANTARA 2021