Tokyo (ANTARA News/AFP) - Jepang menjual 692,5 miliar yen (8,4 miliar dolar AS) dari 25 Februari hingga 29 Maret, katanya Kamis, menggambarkan upaya untuk melemahkan unit yang mencapai tertinggi pascaperang setelah gempa bumi yang dahsyat.

Departemen Keuangan, dengan menggunakan Bank of Japan (bank sentral) sebagai agen, masuk ke pasar pada 18 Maret setelah negara-negara G7 sepakat pada intervensi bersama yang jarang setelah yen mencapai tertinggi pasca Perang Dunia II pada 76,25 terhadap greenback.

Langkah oleh otoritas moneter Jepang, AS, zona euro, Kanada dan Inggris -- aksi bersama pertama mereka dalam satu dekade -- mendorong yen turun dari tertinggi setelah gempa bumi dan tsunami 11 Maret.

Mata uang diperdagangkan di 82,92 per dolar pada Kamis.

Aksi bersama menunjukkan simpati internasional untuk nasib Jepang, karena pergerakan mata uang volatile mengancam sektor ekspor penting negara itu.

Yen yang kuat membuat barang-barang lebih mahal di luar negeri dan mengikis keuntungan perusahaan ketika dipulangkan.

Jepang intervensi secara sepihak pada September 2010 untuk melemahkan unit dalam sebuah tindakan yang menarik kritik dari beberapa sudut. Pihaknya telah mengancam akan mengintervensi lagi untuk melemahkan yen jika pergerakan mata uangnya dilihat volatile.

Dealer mengatakan lonjakan yen pasca-gempa dibantu oleh spekulan yang bertaruh pada masuknya modal oleh perusahaan Jepang untuk membantu upaya rekonstruksi. (A026/M012/K004)

Editor: Kunto Wibisono
COPYRIGHT © ANTARA 2011