Nanjing, China (ANTARA News) - Menteri Keuangan Amerika Serikat Timothy Geithner pada Kamis menyerukan agar kebijakan nilai tukar yang lebih fleksibel pada pertemuan Kelompok 20 (G20) di China, dan mengatakan penting untuk mereformasi sistem keuangan global.

Geithner tidak secara eksplisit memilih China dalam sambutannya di sebuah seminar G20 tentang reformasi moneter internasional yang dihadiri oleh para menteri dan gubernur bank sentral, tetapi mengisyaratkan bahwa Beijing perlu untuk melonggarkan cengkeramannya pada yuan, demikian AFP melaporkan.

Dia mengatakan bahwa untuk lebih baik mengelola perubahan ekonomi global, negara-negara harus membangun "kebijakan nilai tukar fleksibel yang dapat membantu negara-negara lebih baik meredam guncangan" di masa depan, menurut salinan pidatonya.

"Kesenjangan yang paling menarik dalam sistem ini adalah kelemahan dan inkonsistensi dalam pendekatan kebijakan yang mengatur nilai tukar dan menggunakan kontrol modal," kata Geithner.

Dia menjelaskan sementara sebagian besar negara-negara berkembang besar beroperasi dengan rezim nilai tukar "sangat fleksibel", beberapa "menjalankan rezim pengelolaan nilai tukar ketat dengan kontrol modal yang sangat luas" -- sebuah referensi jelas terhadap China.

Sementara Geithner mengatakan situasi ini "mulai berubah", dia menguraikan masalah-masalah yang diakibatkan oleh pembagi.

"Asimetris dalam kebijakan nilai tukar ini menciptakan banyak ketegangan," Geithner mengatakan, mencatat bahwa itu "memperbesar tekanan ke atas" di pasar negara berkembang dengan nilai tukar fleksibel dan "mengintensifkan risiko inflasi di ekonomi-ekonomi berkembang dengan nilai tukar undervalued".

Menteri keuangan AS menyebutkan situasi nilai tukar "paling penting untuk memecahkan masalah dalam sistem moneter internasional hari ini". (A026/M012/K004)

Editor: Kunto Wibisono
COPYRIGHT © ANTARA 2011