Yogyakarta (ANTARA News) - Komunitas pelaku seni pertunjukan "Sego Gurih" berupaya mendekatkan diri dan menghilangkan sekat dengan penonton melalui kegiatan pentas blusukan atau masuk ke kampung-kampung dan menggelar pementasan di halaman rumah warga.

"Pementasan karaya seni tidak harus di panggung atau di gedung-gedung, halaman rumah di sebuah kampung, sawah atau tegalan yang sudah menyatu dengan warga bisa pula dijadikan sebagai arena pertunjukan," kata salah satu anggota Komunitas "Sego Gurih" Yusuf Peci Miring di Yogyakarta, Selasa.

Menurut dia, pertunjukan seni yang digelar di halaman rumah di sebuah kampung, misalnya, justru semakin mendekatkan dengan penonton, sekaligus dengan sendirinya akan melibatkan penonton meskipun tidak disadari oleh penonton.

"Mengambil ruang tanpa jarak dengan penonton dan malahan mengambil cerita seperti mitos yang hidup dalam kampung atau desa dan tetap menggunakan bahasa Jawa, memang sengaja dilakukan sehingga dengan begitu peristiwa yang kami lakonkan menjadi milik warga atau penonton yang tidak jauh dari 'diri mereka'," katanya.

Ia mengatakan, sebenarnya pentas di kampung telah lama dirintis Komunitas "Sego Gurih", seperti tahun lalu, ketika pentas di Dusun Numpukan, Imogiri, suasananya menjadi meriah karena ada partisipasi aktif warga setempat.

"Ini tak pernah dibayangkan dan kami tak menyangka lokasi pementasan secara sederhana tersebut, namun oleh warga setempat diubah bak pasar malam. Bakul jajan anak, gorengan, bakmi, pecel, bakso, sate gajih, wedang ronde dan segala potensi kampung tumplek di arena pasar malam dadakan itu," katanya.

Salah satu penggiat Komunitas "Sego Gurih" Elyandra Widharta mengaku sukses dengan berbagai pementasan di desa-desa membuat komunitas ini diberi julukan "Teater Blusukan".

"Untuk lebih meneguhkan predikat ini, kami akan kembali menggelar sebuah pertunjukan di empat desa. Pentas pertama 9 April 2011 di Dusun Goasari Karang Beber, Pajangan Bantul, kedua 11 April 2011 di Sanggar Bunga Padi, Dobangsan, Wates, Kulon Progo, ketiga 14 April 2011 di Dusun Mangiran, Trimurti Srandakan, Keempat, 17 April 2011 di Dusun Panggungharjo, Kweni, Sewon, Bantul," katanya.

Ia mengatakan, lakon yang akan dibawakan berjudul "Bleg-Bleg Thing", yang berkisah di sebuah kampung yang sumpek dengan berbagai macam komunitas penduduk di dalamnya telah berkembang lama mitos tentang makluk halus yang oleh warga kampung di beri julukan Den Baguse Endro.

"Sosok `demit` satu ini telah mengiringi perjalanan kampung sejak dulu dan tidak ada yang dapat menceritakan asal-muasalnya. Den baguse Endro terkenal senang mengganggu penduduk, seperti mengganggu anak kecil, memerosokkan pengendara ke dalam selokan, mengganggu orang yang baru tinggal di kampung tersebut. Inilah kenyentrikan den Baguse Endro," katanya. (ANT/K004)

Editor: Kunto Wibisono
COPYRIGHT © ANTARA 2011