Jakarta (ANTARA News) - Anggota Fraksi Partai Golkar di DPR RI, Fayakhun Andriadi mengingatkan jajaran Kemendiknas, agar mewaspadai kemungkinan terjadinya upaya sistematik pihak tertentu merusak mentalitas bangsa melalui aksi `teror`, sehingga menjadikan kurikulum pendidikan nasional `cacat`.

"Bukankah kita pernah mengenal ada kalimat yang mengatakan, kalau ingin menghancurkan sebuah bangsa, cukup dengan merusak kurikulum pendidikannya," ujarnya kepada ANTARA, di Jakarta, Selasa.

Politisi muda yang tengah menuntaskan studi doktornya di Universitas Indonesia (UI) ini mengaku sangat gelisah dengan sikap mental dan cara berpikir generasi masa kini sebagai produk dari suatu kurikulum (pendidikan) yang oleh banyak pakar dianggap `cacat`.

"Situasi itu akhirnya telah berakibat pada rusaknya mentalitas para peserta didik maupun `output`-nya," katanya.

Semua ini, menurut dia, bisa saja karena kelalaian memilih kurikulum yang tepat sesuai jatidiri `kita` dan tuntutan perkembangan, atau dapat pula akibat skenario pihak-pihak tertentu dengan tujuan merusak mentalitas kader-kader maupun pemimpin bangsa ini.

"Situasi ini selaras dengan sebuah kalimat yang membuat saya semakin gelisah, dan kiranya juga ini bisa menyadarkan kita semua, bahwa ...`jika ingin merusak suatu bangsa, cukup dengan merusak cara berpikirnya...`," kata anggota Komisi I DPR RI (bidang Hankam) ini.

Dalam kaitan ini, Fayakhun Andriadi mengharapkan Pemerintah, terutama jajaran Kementerian Pendidikan Nasional (Kemdiknas), agar mewaspadai gangguan terhadap dunia pendidikan, sebagai sarana penting melahirkan pemimpin bangsa berkualitas serta berjatidiri Indonesia sejati.

Bahkan ia meminta adanya analisis intelijen untuk memberi masukan penting bagi upaya memantapkan kurikulum pendidikan nasional.

"Karena masalah pendidikan bukan urusan sederhana. Ini menyangkut amanat konstitusi (mencerdaskan kehidupa bangsa), bukan sebaliknya, membuat sistem pendidikan termasuk kurikulumnya yang `cacat` lalu berakibat rusaknya mentalitas bangsa," katanya lagi.

Fayakhun Andriadi mengaku juga, beberapa hari belakangan, pikirannya terganggu oleh satu kenyataan yang berkaitan dengan mentalitas dan cara berpikir anak bangsa tersebut.

"Banyak contohnya dalam keseharian, seperti ... menipu tak merasa bersalah, memanipulasi tak ada malu, `nyontek dari SD sampai kuliah merasa biasa, kaya dari uang korupsi malah bangga, budaya disiplin begitu langkanya, dan sebagainya," tuturnya.

Pertanyaannya, demikiian Fayakhun Andriadi, kenapa mentalitas dan cara berpikir seperti ini bisa begitu mewabah serta menimpa hampir semua anak bangsa?

"Padahal, bangsa kita memiliki klaim dan jargon yang sangat agung dalam hal moralitas. Dalam tataran formal, misanya, kita memiliki Pancasila sebagai sumber nilai moral yang disepakati menjadi landasan kehidupan berbangsa dan bernegara," katanya.

Fayakun Andriadi meyakini, nilai-nilai agung yang terkandung dalam lima sila Pancasila, mencakup semua aspek kehidupan.

"Yang apabila diresapi dan dipraktekkan akan mengantarkan bangsa ini kepada kondisi `sejahtera aman sentosa di bawah ridho Tuhan? (`baldatun thoyibatun wa rabbun ghafur`)," ujarnya.(*)
(T.M036/H-KWR)

Editor: Ruslan Burhani
COPYRIGHT © ANTARA 2011