Jakarta (ANTARA News) - Apakah makhluk luar angkasa (ET) berevolusi dengan hati-hati? Satu kecenderungan evolusioner untuk alien yang menyolok segera menjawab paradoks yang ada dan juga menunjukkan bahwa kita manusia harus berpikir dua kali sebelum mengiklankan keberadaan kita.

Seperti disampaikan fisikawan Enrico Fermi pada 1950, kecuali evolusi hidup di Bumi berlangsung unik, maka mestinya ada banyak spesies cerdas di luar sana.  Jadi kenapa mereka tidak ditelepon atau dideteksi oleh kita?

"Benar-benar paradoks," kata Adrian Kent dari Institut Perimeter i Waterloo, Ontario, Kanada.

Demi menjelaskan paradoks Fermi, Kent beralih ke seleksi alam dan memaparkan bahwa evolusi itu mungkin diam-diam terjadi atas bantuan alien.

Kekerasan semesta

Dia berpendapat bahwa mungkin saja masuk akal ada persaingan dalam mendapatkan sumber daya dalam skala kosmik sehingga mendorong sebuah proses evolusi pada spesies-spesies alien di banyak planet.  Spesies yang lebih maju, contohnya, mungkin berhasrat untuk mengeksploitasi planet lain demi kepentingan mereka sendiri.

Jika demikian, maka alam semesta adalah sebuah tempat yang penuh kekerasan, dan seleksi evolusioner mungkin bisa mengelabui mereka yang misi hidupnya rendah atau spesies yang semata kurang cerdas atau kurang berambisi untuk menanggung risiko keberadaan mereka selanjutnya.

"Ini gagasan menarik. Bila saya membiarkan kosmos tahu saya ada, maka aya mungkin sudah jadi subyek pemusnahan," kata pemburru alien Seth Shostak dari institut SETI di MOuntain View, California.

Bagaimanapun juga, dia mewaspadai asumsi "baju pengekang" pada aktivitas spesies-spesies cerdas, yang mungkin tidak mampu menolak daya tarik intelektual ketika mengembangkan teknologi lebih maju yang bisa dideteksi pihak lain.

"Bila kekerasan antarbintang mungkin terjadi, maka kabar buruknya adalah semua masyarakat diharuskan membatasi aktivitasnya sehingga tidak bisa dideteksi dari kejauhan," kata Shostak.

Misi Voyager

Teori itu menambah daftar panjang mengenai usaha menjelaskan paradoks Fermi, dari gagasan bahwa komunikasi alien tidak bisa dibedakan dari latarnya yang bising, sampai perhitungan-perhitungan yang menyimpulkan bahwa persoalan makhluk luar angkasa (ET) adalah karena mereka tidak punya waktu yang cukup saja untuk menemukan kita.

Kent mengakui bahwa hipotesisnya spekulatif, tetapi dia juga mengingatkan bahwa itu bisa memiliki konsekuensi nyata dalam waktu dekat.  Wahana ruang angkasa seperti dua satelit Voyager milik NASA yang meluncur menjauh ke tata surya, mungkin mendapati bahwa alien itu imperialis dan butuh pencerahan.

Dia menambahkan itu bahwa alien-alien itu bisa dengan singkat memusnahkan kita.  "Alien-alien supermaju mungkin tidak perlu mengirim armada perang antarbintangnya untuk menaklukan Bumi. Sebaliknya cukup dengan tiga pakar alien yang bosan dengan peralatan laboratorium pinjaman," katanya seperti dikutip New Scientist. (*)

Neny

Penerjemah:
Editor: Jafar M Sidik
COPYRIGHT © ANTARA 2011