Jakarta (ANTARA News) - Politisi Partai Demokrat Ruhut Sitompul mengemukakan bahwa keputusan Dede Yusuf pindah dari Partai Amanat Nasional dan bergabung dengan Partai Demokrat merupakan sikap realistis.

Ruhut Sitompul menyatakan hal itu kepada pers di Gedung DPR di Senayan Jakarta, Kamis, menanggapi pernyataan Sekjen PAN Taufik Kurniawan bahwa orang partai yang pindah partai sebagai anak durhaka atau Malin Kundang.

Ruhut mengatakan, orang pindah partai seperti yang dialami rekannya Dede Yusuf dari PAN ke Partai Demokrat atau seperti juga dirinya yang setelah 30 tahun bergabung dengan Partai Golkar pindah ke Partai Demokrat adalah karena banyak alasan, seperti ideologi, masa depan dan ketidakcocokkan.

"Saya benar-benar heran, orang pindah partai dikatakan durhaka. Lha saya pindah dari Golkar setelah 30 tahun bergabung itu karena pertimbangan ketidakcocokan, jadi bukan durhaka. Kepindahan Dede saya yakin juga setelah melalui banyak pertimbangan dan bukan serta merta. Ada akibat tentu ada sebabnya dulu. PAN seharusnya mengoreksi diri mengapa kadernya bisa pindah," ujar Ruhut.

Jika aspirasi kader tidak lagi tersalurkan dan kemudian memutuskan pindah, menurut Ruhut, tidak bisa dikatakan sebagai Malin Kundang. "Justru bodoh kalau aspirasi kita sebagai kader partai sudah tidak tersalurkan masih bertahan di partai itu. Saya 30 tahun di Golkar tidak jadi apa-apa, setelah pindah saya malah jadi anggota DPR," katanya.

Menurut Ruhut, Dede orang yang realistis. Dia tentunya berminat untuk menjadi Gubernur dan sebagai pemenang di Jawa Barat, dan itu hal yang lumrah kalau Dede berpikir pindah ke partai pemenang. "Di Jabar itu `kan pemenangnya Demokrat dan logis saja jika dia berpikir untuk karirnya kedepan bergabung dengan partai pemenang. Dia `kan mau jadi Gubernur dan tentunya perlu dukungan dari partai pemenang," kata Ruhut.

Ruhut mengatakan, Dede melakukan langkah cerdas karena tentunya melihat masa depan yang lebih baik bersama Demokrat. Sebagai satu-satunya partai yang tidak terpecah, Demokrat kini menjadi harapan banyak pimpinan daerah untuk bisa membangun daerahnya menjadi pimpinan daerah. Hanya partai yang tidak terpecah yang paling mungkin mendukung karir politik seseorang.

"Kalau kita lihat `kan Demokrat itu satu-satunya partai yang tidak pecah. Meskipun ada 3 calon ketum di kongres PD yang lalu, namun setelah kongres dan terpilih ketum, kubu-kubu itu pun lenyap. Kita punya prinsip siap menang siap kalah sehingga kita pun tidak terpecah-pecah. Semua yang kalah pun dimasukkan ke dalam kepengurusan ketua umum yang menang," kata anggota Komisi III DPR RI itu.

Partai lain, menurut Ruhut, selalu muncul kubu-kubu setelah kongres. Golkar misalnya kini ada kubu Aburizal Bakrie dan Surya Paloh. PKB pun ada dua kubu, yaitu Muhaimin dan Yeny Wahid "PAN pun demikian ada kubu mantan Ketum Soetrisno Bachir, ada kubu Hatta Rajasa. Kubu yang kalah di PAN tidak terakomodir di kepengurusan dan saya rasa Dede termasuk yang tidak terakomodir sehingga dia pun memilih untuk pindah," katanya.

Partai Demokrat, menurut dia, tidak salah menerima Dede Yusuf sebagai kadernya, karena Dede tentunya adalah orang yang potensial bisa ikut memajukan Demokrat. "Kalau mau jujur Pilkada Jabar itu yang menang Dede Yusuf. Bukan PAN yang membesarkan Dede tapi Dede yang membesarkan PAN," katanya.

Kubu Soetrisno Bachir, menurut dia, adalah kubu yang teruji kapasitasnya, sementara kubu Hatta Rajasa saat ini masih perlu membuktikan bahwa mereka bisa membawa kader-kader PAN masuk ke DPR pada 2014. "Kalau mau jujur kubu Soetrisno Bachir itu terbukti mampu membawa kader PAN masuk DPR. Kubu Hatta sekarang belum teruji, mereka masih harus membuktikan mampu membawa PAN ke DPR," katanya.

Ruhut mengingatkan kepada PAN untuk tidak menyalahkan partai lain jika tidak mampu me`manage` kader-kadernya. "Tolong, saya minta tolong, jangan salahkan orang lain atau menunjuk hidung orang lain jika diri kita tidak mampu me`manage` keluarga kita sendiri. Koreksilah diri sendiri, jangan biasanya menunjuk hidung orang lain ketika kita salah," katanya.

Sebelumnya Sekjen PAN Taufik Kurniawan mengibaratkan Dede Yusuf seperti Malin Kundang yang durhaka pada orang tua yang membesarkannya. PAN telah membesarkan Dede dengan menjadikannya sebagai anggota DPR dan terakhir kini sebagai Wakil Gubernur Jabar. Dede Yusuf juga mengalami proses kaderisasi yang panjang dan sepatutnya Dede tidak meninggalkan PAN.

"Ini seperti kisah Malin Kundang. Dia telah mendurhakai PAN yang telah membawanya duduk sebagai Wakil Gubernur Jabar. Meskipun kepindahan itu adalah hak dia, namun secara etika sikap Dede itu menunjukkan sikap oportunis," kata Wakil Ketua DPR RI itu.

(S023/D011/S026)

Editor: Suryanto
COPYRIGHT © ANTARA 2011