Yogyakarta (ANTARA News) - Ulat bulu yang menyebar di beberapa wilayah di Daerah Istimewa Yogyakarta bukan termasuk spesies yang berbahaya, sehingga masyarakat tidak perlu khawatir, kata peneliti dari Fakultas Pertanian Universitas Gadjah Mada Yogyakarta Suputa.

"Berdasarkan penelitian, ulat bulu di Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) berbeda dengan spesies ulat bulu yang menyebar di Kabupaten Probolinggo, Jawa Timur. Ulat bulu yang ditemukan di DIY merupakan spesies Trabala sp dan Maenas sp, yang bukan termasuk ulat bulu gatal," katanya di Yogyakarta, Sabtu.

Menurut dia, ulat bulu spesies Trabala biasa hinggap di pohon salam, sedangkan Maenas hinggap di pohon kenanga. Spesies Trabala bertipikal kamuflase, yakni mampu menyesuaikan warna kulit dengan warna batang pohon atau daun, sehingga banyak orang yang tidak menyadari keberadaan jenis ulat itu.

"Trabala telah ada sebelum isu ulat bulu merebak. Masyarakat biasa menyebutnya ulat Kirik," kata dosen Jurusan Hama dan Penyakit Tumbuhan Fakultas Pertanian Universitas Gadjah Mada (UGM) itu.

Ia mengatakan ulat itu berbeda dengan ulat bulu lain, karena tidak bermetamorfosis menjadi kupu-kupu, tetapi hanya menjadi ngengat. Ulat bulu ini membutuhkan waktu tujuh pekan untuk proses dari telur menjadi telur lagi.

Reproduksi Trabala tidak secepat spesies ulat bulu di Probolinggo, karena Trabala biasa bertelur dan berparasit pada satu jenis tanaman. Oleh karena itu, kecil kemungkinan ulat jenis itu berpindah ke jenis tanaman lain, dan masuk ke rumah penduduk.

"Jumlah ulat bulu di DIY masih dalam batas normal. Ulat bulu spesies Trabala dan Maenas hanya mengeluarkan 30-70 telur setiap kali bertelur," katanya.

Menurut dia, ulat jenis tersebut berbeda dengan yang menyebar di Probolinggo. Ulat di Probolinggo merupakan spesies Lymantria marginata dan Arctornis sp, yang termasuk kategori ulat bulu gatal.

Lymantria marginata dan Arctornis memiliki semacam "spine" (duri) di luar tubuhnya. Ulat jenis itu memiliki semacam racun dalam kelenjarnya, yang menyebabkan gatal jika menyentuh kulit manusia.

"Reproduksi ulat ini sangat cepat, yakni seekor ulat bulu mampu menghasilkan rata-rata 70-300 telur setiap kali bertelur," katanya.  (B015/M008/K004)

Editor: Kunto Wibisono
COPYRIGHT © ANTARA 2011