Jakarta (ANTARA News) - Kedutaan Besar Afrika Selatan di Jakarta tidak kunjung mengeluarkan visa untuk Jojo Priharjono, pelatih silat Indonesia yang dua tahun terakhir mengembangkan pencak silat dengan murid lebih dari 300 orang berbagai sekolah di Johannesburg, Afsel.

"Kami sangat kecewa karena pernyataan pemerintah Afrika Selatan untuk menjalin kerjasama di bidang olahraga dengan Indonesia hanya omong kosong belaka, buktinya mereka tidak kunjung mengeluarkan visa tanpa alasan jelas untuk pelatih Joko meski sudah bolak balik sampai lima ke kedutaan mereka di Jakarta," kata Presiden Asosiasi Pencak Silat Afrika Selatan (SAPSA) Sariat Arifia di Jakarta, Rabu.

Sariat adalah seorang pengusaha asal Indonesia yang menjabat sebagai Presiden Pencak Silat Afrika Selatan dan organisasi tersebut sudah diakui oleh pemerintah setempat dan juga organisasi internasional pencak silat (Persilat).

Namun sejak kembali ke Tanah Air pada Desember 2010 untuk mendampingi enam orang pesilat Afrika Selatan mengikuti kejuaraan dunia di Padepokan Taman Mini Indonesia Indah (TMII), Jojo yang berasal dari perguruan silat seni beladiri Al Azhar tersebut tidak bisa kembali ke Afrika Selatan karena kedutaan negara tersebut tidak kunjung mengeluarkan visa meski sudah diajukan sejak Januari 2011 lalu.

"Berarti saat ini di Johannesburg yang terdapat lebih dari 300 murid sekolah tidak bisa mengikuti latihan karena Jojo sebagai pelatih mereka tidak kunjung mendapatkan visa," kata Sariat.

"Sebagai warga Indonesia, saya tersinggung karena dalam permohonan visa tersebut juga dilampirkan surat rekomendasi dari James Tangkudung, Deputi Bidang Pemberdayaan Olahraga Kementerian Pemuda dan Olahraga," katanya.

Tidak adanya tanggapan dari kedutaan Afrika Selatan di Jakarta menurut Sariat membuktikan bahwa pernyataan bahwa negara tersebut ingin meningkatkan kerjasama di bidang olahraga dengan Indonesia hanya omong kosong belaka, padahal kedua pemerintah telah menandatangani nota kesepahaman (MoU) untuk menjalin kerjasama.

Ketidak pedulian kedutaan Afrika Selatan juga terjadi ketika tidak ada tanggapan ketika tim silat Afrika Selatan yang akan bertanding di kejuaraan dunia 2010 di Taman Mini mengajukan permintaan untuk bertemu duta besar mereka Noel Lehoko.

"Bahkan kedutaan Afrika Selatan di Jakarta tidak menanggapi permintaan atlet mereka sendiri yang akan bertanding di kejuaraan dunia 2010 pada Desember lalu," katanya.

Sariat memperkirakan bahwa tidak kunjung keluarnya visa untuk Priharjono disebabkan oleh status pelatih tersebut yang bertugas di Afrika Selatan berdasarkan pekerjaannya sebagai pelatih suka rela, sehingga tidak ada kontrak resmi.

"Tapi kami sebagai asosiasi resmi sudah memberikan jaminan soal keberadaannya selama di Afrika Selatan dan selain itu, Kementrian Pemuda dan Olahraga juga sudah mengeluarkan rekomendasi. Tapi tampaknya mereka tidak mengganggap rekomendasi dari pemerintah. Selain itu, pelatih Priharjono juga sudah empat kali bolak balik ke Afrika Selatan," kata Sariat.

Sementara itu Priharjono yang akrab dipanggil Jojo mengatakan bahwa akibat tidak dikeluarkannya visa untuk dirinya, perjuangan dalam dua tahun terakhir untuk mengembangkan silat yang berasal dari Indonesia akan berakhir sia-sia.

"Lebih dari 300 murid silat yang diharapkan akan menjadi motor pengembangan silat Indonesia dikemudian hari terancam tidak bisa berlatih," kata Jojo.

Menurut Jojo, ia sudah mendengar kabar bahwa perguruan silat dari Malaysia yang ada di Afrika Selatan sudah bersiap untuk menampung para murid tersebut jika pelatih dari Indonesia tidak kunjung datang.

Editor: Atman Ahdiat
COPYRIGHT © ANTARA 2011