Batam (ANTARA News)- Menteri Negara Badan Usaha Milik Negara Meneg BUMN) Sugiharto membantah pemerintah akan segera menjual saham PT Garuda Indonesia, dengan menyatakan bahwa pihaknya baru mewacanakan perlunya maskapai penerbangan nasional itu mentransformasikan binis dan budayanya menuju suatu aliansi strategis. Pemerintah belum rinci membicarakan penjualan saham Garuda, apalagi akan segera melakukannya sebab sebelum proses alih kepemilikan pun harus dilakukan beberapa alternatif, misalnya strategic lines, katanya kepada pers di Batam, Senin. "Keliru bila pemerintah dikatakan akan segera menjual saham Garuda," katanya. Strategic lines, imbuhnya, bisa saja dibicarakan nanti dengan maskapai penerbangan internasional seperti Qatar, Qantas, Luthfansa, untuk memanfaatkan hinterland Indonesia yang begitu kuat dan potensi penumpang yang besar dengan model kerja sama operasi (KSO) sehingga terjadi kerjasama dalam pertukaran penumpang. Garuda dewasa ini termasuk kategori maskapai terlemah di Asia. Dalam statistik maskapai Asia, Garuda tak lagi dimasukkan karena dianggap tidak relevan untuk dibandingkan dengan maskapai lain seperti Japan Airlines atau Singapore Airlines. Kinerja keuangan Garuda negatif, dan diperparah dengan utang perusahaan yang mencapai 845 juta dolar AS. Dewasa ini, di dalam negeri, pemenuhan keperluan Garuda dalam permodalan masih menunggu persetujuan DPR. Pemerintah kata Sugiharto, berharap agar maskapai flag carrier nasional itu melakukan transformasi bisnis dan tranformasi budaya perusahaan agar dapat menuju aliansi strategis bersama mitra internasional berdasarkan reciprocal relationship. Hubungan timbal balik yang sama-sama menguntungkan itu, katanya, terbuka digalang dengan maskapai-maskapai penerbangan dunia sebab teknologi mutakhir telah memungkinkan penerbangan langsung antarbenua. Pemerintah, ujar Meneg BUMN, akan mengusahakan agar kreditor realistis menimbang kondisi Garuda yang pascabom bali, Oktober-November 2005, menurun pendapatannya lantaran banyak pembatalan dari New Zealand, Jepang dan lain-lain negara, sementara situasi global pun dilanda teroriosme internasional, dan penyakit menular macam flu burung. Dengan seperti itu, ujarnya, mudah-mudahan dalam pembicaraan di kuartal pertama, kreditor dapat menerima dan bersedia menjadwalkan kembalipembayaran utang Garuda sehingga sebagai debitor, Garuda sementara hanya wajib membayar bunga pinjaman dan menunda pembayaran cicilan pokok. Selain itu diakui Sugiharto di dalam tubuh Garuda sendiri masih harus ditingkatkan efisiensi pengoperasiannya dengan menekan kebocoran, terutama di sektor Garuda Maintenance Facility (GMF). Ia juga menggambarkan cash flow Garuda di masa lalu ibarat gali lubang-tutup lubang.(*)

Editor: Heru Purwanto
COPYRIGHT © ANTARA 2006