Jakarta (ANTARA News)- Panglima TNI Jenderal Endriartono Sutarto menegaskan, reformasi yang dilakukan TNI bukan untuk menyenangkan pihak lain, seperti pemerintah dan kongres Amerika Serikat (AS), melainkan merupakan kewajiban yang harus dilakukan sebagai bagian dari bangsa dan negara Indonesia. "Kalau kemudian apa yang dilakukan TNI membuat pemerintah dan kongres AS senang, lalu mereka mencabut embargonya terhadap Indonesia, ya itu hak mereka," katanya, usai menghadiri rapat terbatas bidang politik, hukum dan keamanan (polhukam) di Jakarta, Senin, petang. Pernyataan itu disampaikannya, berkenaan rencana kunjungan Menteri Luar Negeri AS Condoleezza Rice ke Indonesia Januari 2006. Dalam kunjungan itu, Rice akan bertemu dengan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono untuk membahas peningkatan kerjasama kedua negara, baik di bidang ekonomi maupun pertahanan keamanan, terutama pasca pencabutan embargo medio November 2005. Endriartono mengatakan, reformasi yang dilakukan TNI tidak semata bertujuan agar AS mencabut embargonya terhadap Indonesia yang telah berlangsung 12 tahun. Reformasi yang dilakukan, katanya, merupakan bagian dari proses yang harus dilakukan sebagai bagian dari bangsa dan negara Indonesia. "Ini semata-mata untuk kepentingan bangsa, karena TNI adalah bagian dari bangsa ini," kata Panglima TNI. Tujuan dari reformasi di tubuh TNI, tambah dia, adalah menciptakan TNI sebagai alat pertahanan negara yang profesional. "Karena ini kehendak rakyat, ya kita lakukan. Jadi, bukan untuk menyenangkan pemerintah atau kongres AS atau siapapun," kata Endriartono menegaskan. Terkait pencabutan embargo atas perlengkapan militer oleh AS pertengahan November silam, Panglima TNI berharap pemerintah memiliki anggaran yang cukup untuk membeli sejumlah suku cadang dari AS, guna menghidupkan kembali alat utama sistem senjata (alutsista)yang selama ini tidak dapat berfungsi karena embargo. "Harapan saya, ada anggaran untuk memenuhi kebutuhan suku cadang bagi peralatan kita yang selama ini tidak dapat operasional karena embargo," ujarnya.(*)

Editor: Heru Purwanto
COPYRIGHT © ANTARA 2006