Surabaya (ANTARA News) - Pemerintah perlu mengubah strategi dalam menyikapi kasus pengeboman, termasuk ledakan di Palu, Sulawesi Tengah, saat tutup tahun 2005 yang menewaskan tujuh orang dan 54 korban terluka, kata Ketua Umum Pimpinan Pusat (PP) Muhammadiyah Prof Dr HM Din Syamsuddin. "Jangan melakukan strategi atau pendekatan yang parsial dengan menuduh pelaku dari kelompok tertentu, tapi lakukan pendekatan yang komprehensif terkait kemungkinan masuknya kekuatan global ke Indonesia," katanya di Surabaya, Selasa. Usai menyerahkan bantuan PP LAZIS (Lembaga Amil Zakat, Infaq, dan Shodaqoh) Muhammadiyah senilai Rp50 juta secara simbolis di Kantor Pimpinan Wilayah Muhammadiyah (PWM) Jatim, ia menjelaskan, kekuatan global sangat mungkin ingin menghancurkan Indonesia. "Mereka menjadikan Indonesia sebagai target sasaran, karena Indonesia adalah negara yang berpenduduk mayoritas muslim. Dugaan itu diperkuat dengan banyaknya intelijen asing yang berkeliaran di Indonesia," katanya. Menurut salah seorang pimpinan MUI Pusat itu, pendekatan yang komprehensif, antara lain tidak melihat kasus pengeboman menggunakan kacamata kuda yang serentak menuduh jaringan terorisme Al-Qaeda. "Kalau kita membidik kelompok tertentu, bisa saja kita kehilangan pelaku yang sebenarnya, karena itu, pemerintah hendaknya jangan percaya begitu saja atas skenario tertentu, namun melakukan pendekatan menyeluruh," katanya. Pendekatan menyeluruh itu bisa dimulai dari operasi intelijen, mengatasi intelijen asing berkeliaran, dan mengantisipasi akar persoalan sesungguhnya dari aspek kesenjangan sosial dan ekonomi. "Jadi, aspek agama dalam setiap konflik di Tanah Air itu amat mudah diselesaikan, karena mereka yang berkonflik itu umumnya bersaudara atau satu bangku sekolah, tapi kesenjangan sosial-ekonomi yang harus diprioritaskan," katanya. Selain itu, pemerintah juga harus membangun sarana ibadah yang rusak, seperti 21 gereja dan 19 gereja yang rusak pada kilometer sembilan di Poso. "Di kilometer sembilan itu justru 21 gereja selesai dibangun, tapi 19 masjid hanya satu yang selesai dibangun, karena itu pemerintah harus membangun seperti sediakala," katanya. Alumnus Pesantren Gontor, Ponorogo, Jawa Timur, itu menyatakan bahwa agama mana pun tidak ada yang membenarkan tindakan kekerasan dengan menghilangkan nyawa orang lain. "Jadi, bom di Palu itu merupakan tindakan kriminal yang dilakukan orang yang tak ber-Tuhan," katanya. Oleh karena itu, ia menilai, tindakan di Palu dapat dikatakan sebagai bagian dari skenario untuk melestarikan konflik yang selama ini terjadi di Poso (200 kilometer dari Palu) yang bertujuan menciptakan instabilitas melalui pertentangan antar-umat agama. "Saya bersyukur tampaknya tidak ada umat beragama yang terpancing dengan modus operandi seperti itu, karena kasus pengeboman di Poso, Tentena, Palu, dan sekitarnya memang tak bermotif agama," demikian Din Syamsuddin. Din Syamsuddin menyerahkan bantuan senilai Rp50 juta melalui Ketua Umum PWM Jatim Prof Dr HM Syafiq A Mughni MA di kantor PWM Jatim, yang akhirnya ditambahi Rp50 juta oleh PWM Jatim. Kemudian, Din bersama rombongan PWM Jatim berangkat ke ke lokasi bencana banjir bandang dan tanah lonsor di Jember. (*)

Editor: Priyambodo RH
COPYRIGHT © ANTARA 2006