Jakarta (ANTARA News) - Pemerintah membentuk Komando Operasi Pemulihan Keamanan (Koopkam) Sulawesi Tengah untuk memulihkan situasi keamanan di wilayah itu, khususnya Poso dan Palu menyusul aksi peledakan bom di pasar babi Maesa di Palu, Sabtu pagi lalu. "Koopkam ini akan dipimpin oleh perwira tinggi Polri dan akan bertugas maksimal enam bulan," kata Kepala Desk Poso Kementerian Polhukkam, Demak Lubis, usai rapat pembentukan Koopkam di Jakarta, Selasa. Ia mengatakan, Koopkam ini terdiri atas unsur-unsur Polri sebagai "lead sector" TNI, komunitas intelijen, masyarakat sipil, termasuk aparat Pemda untuk menuntaskan seluruh persoalan dan konflik di Sulawesi, khususnya di Palu dan Poso secara komprehensif. "Terkait hal itu, Polri akan menambah personelnya sebanyak 1.100 personel untuk mendukung aparat kepolisian setempat," kata Demak Lubis. Sedangkan untuk TNI, jumlahnya akan ditentukan atas dasar permintaan komandan Koopkam sesuai perkembangan situasi yang terjadi. Ditanya perbedaan dengan Koopkam di Aceh, Demak menjelaskan, Koopkam di Palu lebih dititik-beratkan pada upaya pemulihan keamanan, dimana yang menjadi unsur terdepan adalah pihak kepolisian. "Kalau di Aceh, karena bersifat militeristik, maksudnya melawan separatis, maka koopkam yang dibentuk dipimpin langsung oleh TNI," katanya. Selain dibentuk Koopkam, pemerintah juga membentuk Satgas Palu yang bertugas pada upaya pengamanan dan tukar menukar informasi intelijen dalam rangka deteksi dini. Selain itu, dimungkinkan juga untuk melibatkan detasemen khusus 88 Anti-teror Polri. "Tetapi pelibatan Detasemen 88 tersebut sepenuhnya berada di bawah kendali Mabes Polri, jadi sifatnya temporer dan akan diturunkan jika diperlukan," katanya. Aparat yang tergabung dalam Koopkam ini akan diturunkan hingga ke desa-desa untuk menjamin keamanan masyarakat setempat. Sementara itu pada kesempatan terpisah, Panglima TNI Jenderal Endriartono Sutarto sebelumnya mengatakan, pihaknya belum akan melakukan penambahan pasukan di Palu menyusul insiden yang menewaskan tujuh orang dan 54 lainnya terluka.(*)

Editor: Ruslan Burhani
COPYRIGHT © ANTARA 2006