Jakarta (ANTARA News) - Ketua Umum Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) KH Said Aqil Siroj menyatakan, kabar kematian Osama bin Laden cukup melegakan namun kematian  simbol terorisme itu bukanlah akhir dari radikalisme.

"Jangan terlalu larut dalam kegembiraan atas kematian Osama, karena kematiannya tidak lantas membuat radikalisme lenyap dari muka bumi ini," kata Said Aqil di Jakarta, Senin.

Menurutnya, radikalisme sudah ada sejak zaman dulu dan akan terus ada. Pasukan Amerika Serikat hanya berhasil membunuh Osama, bukan mematikan radikalisme.

Said mencontohkan, kematian dua gembong teroris Dr Azahari dan Noordin M Top yang ternyata juga tidak lantas membuat teror di Indonesia berhenti.

"Kita harus tetap waspada, karena radikalisme sudah ada sejak dulu dan akan terus ada. Persoalannya adalah apakah radikalisme itu tumbuh subur atau tidak. Ini tergantung bagaimana kita membendungnya," katanya.

Dikatakannya, keseriusan pemerintah dan seluruh elemen masyarakat dalam memberangus radikalisme harus terus ditingkatkan.

"Konsistensi dan komitmen menolak radikalisme tidak boleh pudar. Kita tidak boleh berkata lelah untuk menolak ajaran-ajaran radikal," kata Said Aqil.

Menurutnya, langkah-langkah yang harus ditempuh dalam membatasi ajaran radikal adalah melalui pendekatan konsititusi, pendekatan sosial, dan pendekatan keamanan sebagai langkah terakhir.

"Masyarakat harus diingatkan kembali bahwa Indonesia dengan adat ketimurannya adalah bangsa yang santun dan ramah, jauh dari radikalisme. Begitu pula bentuk negara ini adalah NKRI. Ini sudah final," katanya.

Para pelajar juga harus diperkuat nasionalismenya dengan menjelaskan arti pentingnya Pancasila sebagai dasar negara.

Yang tidak kalah penting, menurut Said Aqil, harus dilakukan peningkatan kualitas pendidikan dan kesejahteraan masyarakat. Kebodohan dan kemiskinan juga menjadi faktor utama maraknya gerakan-gerakan radikal.

"Pemerintah tidak boleh hanya menunggu dan menunggu. Tapi harus segera melakukan langkah nyata," katanya.
(S024/Z002)

Editor: Aditia Maruli Radja
COPYRIGHT © ANTARA 2011