Jakarta (ANTARA News) - Momentum hari pendidikan nasional (Hardiknas) yang diperingati tiap 2 Mei seharusnya bisa dimanfaatkan pemerintah untuk mengevaluasi perjalanan pendidikan di Indonesia yang belum bisa dinikmati oleh seluruh rakyat.

Rektor Universitas Muhammadiyah Prof Dr Hamka (Uhamka) Suyatno di Jakarta, Senin sore, mengatakan, belum optimalnya masyarakat dalam mengenyam pendidikan terkait dengan biaya pendidikan di Indonesia yang dinilai mahal.

"Pendidikan banyak dikeluhkan, 72 persen dari masyarakat usia 18-23 tahun belum menikmati perguruan tinggi. Faktor apa penyebabnya? Apa faktor biaya, kesempatan ataukah daya tampung. Faktor biaya, jelas, karena masuk perguruan tinggi tidak murah," katanya.

Menurut dia, pemerintah wajib menyediakan pendidikan yang murah, khususnya bagi masyarakat tidak mampu jika ingin mencerdaskan kehidupan seluruh bangsa dan tidak ingin rakyatnya bodoh.

Ia berharap, para pengusaha juga semakin terpanggil dalam berkontribusi di dunia pendidikan dengan memberi lebih banyak lagi beasiswa bagi anak-anak cerdas yang tidak mampu.

Tantangan lainnya dari pendidikan adalah kualitas dan "link" dengan lapangan pekerjaan, ujarnya.

Pihaknya, ujar dia, belum melihat terjadi sinkronisasi antarkementerian pendidikan dan kementerian tenaga kerja untuk menjadikan pendidikan bisa menjadi jembatan menuju dunia kerja.

"Menakertrans mesti bicara dengan Mendiknas untuk memperbaiki kurikulum pendidikan yang sering tidak `match` dengan lapangan kerja yang tersedia. Ini masalah krusial, tidak hanya terkait dengan daya saing, tapi juga memperbesar angka pengangguran yang arahnya ke tingkat kemiskinan, kerawanan sosial dan munculnya kriminalitas," katanya.

Kedua sektor ini pendidikan dan tenaga.kerja, harus membuat cetak biru yang lebih komprehensif.

"Saat ini cetak biru (blue print) sudah ada tapi masih parsial, kemdiknas tentu punya, tapi mestinya terkait dengan blue print dari kemenakertrans. Kemenakertrans mempunyai database tentang sektor tenaga kerja dan keahlian yang dibutuhkan sehingga itu bisa menjadi arah dari program studi di pendidikan menengah kejuruan dan pendidikan tinggi," katanya.

Setiap program studi di Uhamka, lanjut dia, wajib mengundang dunia usaha untuk berkolaborasi agar mahasiswa bisa mempraktekkan teorinya di dunia kerja dan diharapkan antara keduanya bisa terjadi "link and match" atau keterkaitan dan kesepadanan.  (D009/Z002/K004)

Editor: Kunto Wibisono
COPYRIGHT © ANTARA 2011