Jakarta (ANTARA) - Center Of Reform on Economics (CORE) Indonesia memperkirakan sektor jasa yang masuk ke dalam golongan sektor tersier akan tumbuh jauh lebih baik pada 2022 dibandingkan dengan 2021.

"Karena pelonggaran aktivitas dan mobilitas, maka pada tahun depan sektor ini akan tumbuh jauh lebih baik dari tahun 2021," ujar Direktur Eksekutif CORE Mohammad Faisal dalam Dialog Produktif Kabar Kamis secara daring di Jakarta, Kamis.

Ia menilai sektor tersebut selama pandemi sangat terpengaruh sehingga konsumsinya menjadi sangat turun drastis, begitu pula dengan investasi di sektor jasa.

Meski begitu, sektor jasa khususnya pariwisata pada tahun depan masih agak sulit untuk pulih atau tumbuh kembali ke masa sebelum pandemi, terutama untuk pariwisata yang bergantung dengan wisatawan asing.

"Namun untuk pariwisata domestik kami perkirakan akan hampir kembali seperti kondisi normal pada tahun 2022," ucap Faisal.

Dirinya menjelaskan secara umum pada tahun 2022 seluruh sektor akan lebih baik dibandingkan dengan tahun 2021, termasuk di antaranya sektor ritel yang pada saat pandemi terkontraksi cukup dalam.

Kemudian, sektor sekunder seperti manufaktur, sektor primer seperti pertambangan, perkebunan, dan pertanian, juga akan tumbuh lebih baik di tahun 2022.

Namun, Faisal mengingatkan beberapa sektor primer yakni perkebunan dan pertambangan kemungkinan tak akan tumbuh lebih baik pada 2022 dibanding 2021, mengingat pada tahun ini kedua sektor tersebut mendapatkan dukungan luar biasa dari melonjaknya harga komoditas.

"Kalau untuk tahun depan komoditas harganya tidak akan naik setinggi tahun ini. Jadi tetap menjanjikan untuk kedua sektor tersebut meski tak sebaik tahun ini," pungkasnya.

Baca juga: Gubernur BI: Prospek pemulihan ekonomi 2022 lebih baik
Baca juga: Pemerintah akan fokus sasar hilirasi kejar target investasi 2022
Baca juga: Sri Mulyani: Pemulihan ekonomi 2022 dibarengi munculnya risiko baru

Pewarta: Agatha Olivia Victoria
Editor: Kelik Dewanto
COPYRIGHT © ANTARA 2021